Chief Executive Officer (CEO) IAAX, Dendy Kurniawan mengatakan, saat ini perusahaannya memiliki 10 pesawat, yakni 2 unit Airbus 330-300 dan 8 unit Airbus A 320.
"Kami ada dua yaitu A 330-300, tapi karena pemerintah berdasarkan undang-undang mensyaratkan maskapai minimal harus punya 10 pesawat. Kami mengoperasikan juga yang A 320. Kami ada kerjasama dengan Indonesia AirAsia, pesawat kami mix untuk memenuhi peraturan. Tapi core business-nya di A 330," tutur Dendy saat berbincang di Cafe Sydney, Australia, Rabu (12/8/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun ini kami tetap maintain dua sampai akhir tahun. Tahun depan kami akan tambah dua atau tiga," jelasnya. Tapi sayang Dendy, merahasiakan harga dari pesawat yang bakal dibelinya tersebut.
Berbeda dengan maskapai penerbangan short haul (di bawah 4 jam) yang kebanyakan fokus pada rute domestik untuk menambah pesawat, penerbangan long haul (di atas 4 jam/rute internasional) justru perlu banyak pertimbangan untuk melakukan itu.
Pasalnya, di rute domestik saat sebuah maskapai hendak menambah armada yang sejalan dengan penambahan rute atau frekuensi baru, maskapai tersebut akan mudah mendapatkan izin dari pemerintah setempat. Misalnya di Indonesia, yang hanya harus mengurus izin dari satu pihak pemerintah saja.
"Kalau long haul, kami harus mengurus persyaratan dan mendapatkan izin dari negara tujuan dulu, harus apply dulu, prosesnya panjang bisa 3-6 bulan. Itu pun kalau diterima. Kalau positif, baru kami akan datangkan pesawat," paparnya.
Tahun ini, maskapai tersebut bakal segera membuka rute baru untuk penerbangan internasional. Sayang, Dendy masih merahasiakan secara lebih rinci.
"Ada beberapa yang sudah diajukan. Mudah-mudahan semua lancar, semua tergantung dari proses approval di negara tersebut. Ada di Desember nanti kami buka untuk negara di Asia, belum bisa saya sebutkan. Hub-nya dari Denpasar," tutupnya.
(zul/ang)