Jangan Berlebihan, Tak Ada Krisis di China

Jangan Berlebihan, Tak Ada Krisis di China

Wahyu Daniel - detikFinance
Kamis, 27 Agu 2015 08:43 WIB
Bank Sentral China (Foto: Reuters)
Jakarta - Guncangan pasar modal China dan indikasi pelemahan ekonomi negara tirai bambu ini menjadi pemicu bergejolaknya pasar keuangan global, termasuk Indonesia.

Semua investor pasar saham dan keuangan dunia ketakutan, pelemahan ekonomi China bakal membuat perekonomian dunia melambat. Tak usah panik, karena tidak ada krisis di China.

Memang, indeks saham Shanghai Composite di bursa saham China terjun 40% dari puncaknya di pertengahan Juni 2015. Pemerintah China berusaha keras agar bursa sahamnya berhenti jatuh, meski belum berhasil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun faktanya, dalam setahun terakhir sejak Agustus 2104, indeks Shanghai Composite masih naik 35%. Investor asing memiliki 1,5% dari dana di pasar modal. Sementara mayoritas warga China banyak berinvestasi di properti dan menyimpan tunai.

Jadi, dampak bursa saham ke ekonomi China sangat kecil.

"Investor bereaksi berlebihan soal risiko ekonomi di China. Kejatuhan pasar saham China tidak menginformasikan akan berdampak apapun ke ekonomi China," tutur Kepala Ekonom dari Capital Economics, Mark Wiliams, dilansir dari CNN, Kamis (27/8/2015).

Hampir setiap cerita soal kejatuhan pasar saham di sejumlah negara dunia saat ini, karena kekhawatiran perlambatan ekonomi China Jadi hanya karena panik.

Ini karena dua data, yaitu perlambatan ekspor China, dan melambatnya kegiatan manufaktur negara ini sepanjang Agustus 2015.

Namun indikator lainnya malah membaik. Pertumbuhan gaji menguat, demikian juga konsumsi.

Harusnya tak ada yang membuat panik, China memprediksi ekonominya tumbuh 6,8% di tahun ini. Perbaikan penjualan properti mengurangi risiko jatuhnya perekonomian.

Ekonomi China melemah, karena pemerintahnya mengubah basis kekuatan ekonomi, dari awalnya berbasis infrastruktur menjadi berbasis konsumsi.

Belum lagi, Beijing punya tenaga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Negara ini bisa menggenjot pembangunan infrastruktur atau memberikan stimulus fiskal.

Saat krisis ekonomi dunia di 2008 lalu, Partai Komunis China memberikan paket stimulus senilai US$ 600 miliar. Jadi, pemerintah China memang tidak segan-segan memberikan stimulus untuk perekonomiannya.

(ang/ang)

Hide Ads