Dua negara raksasa produsen kereta Cepat, China dan Jepang bersaing sengit untuk memenangkan proyek kereta cepat pertama di Indonesia senilai Rp 67 triliun untuk rute Jakarta-Bandung.
"Perdana Menteri Abe menilai proyek ini sangat penting secara politis sehingga ia mengirim utusan khusus untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo lagi," Yoshiko Kijima, atase untuk urusan ekonomi di Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, kepada Reuters dikutip dari Japan Daily (30/8/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jepang menawarkan pinjaman proyek dengan masa waktu 40 tahun berbunga hanya 0,1% per tahun dengan masa tenggang 10 tahun, padahal sebelumnya bunga yang ditawarkan Jepang sampai 0,5% per tahun.
Usulan terbaru juga menawarkan jaminan pembiayaan dari pemerintah Jepang dan meningkatkan tingkat komponen produk dalam negeri Indonesia.
Sementara itu, proposal penawaran China menawarkan pinjaman dengan bunga lebih tinggi namun jangka waktu lebih panjang. China menawarkan proposal terbaiknya dan menawarkan pinjaman sebesar US$ 5,5 miliar dengan jangka waktu 50 tahun dan tingkat bunga 2% per tahun.
Indonesia kemudian menunjuk Boston Consulting Group untuk mengevaluasi penawaran dari kedua negara tersebut dan segera mengumumkan pemenangnya usai deadline besok.
Keputusan pemenang antara China atau Jepang tidak hanya soal harga termurah atau fasilitas pinjaman yang lebih menarik. Kedua negara tersebut merupakan mitra dagang penting bagi Indonesia.
"Pasti pemerintah merasa ini keputusan rumit karena China dan Jepang adalah mitra dagang penting dan tidak ingin mengecewakan satu dengan lainnya," kata salah seorang pejabat pemerintahan yang menangani masalah ini.
Yoshiko Kijima, yang menghadiri pertemuan antara utusan Perdana Menteri Abe dengan Jokowi pada Rabu (26/8/2015) mengatakan, bagi Jepang proyek ini punya gengsi tersendiri apabila dimenangkan oleh China.
"Proyek kereta cepat adalah simbol kebanggaan nasional dan bukti perkembangan di Jepang. Akan menjadi shock bagi Jepang dan rakyatnya jika proyek dimenangkan oleh China," kata Kijima.
Kijima mengatakan hubungan bisnis antara Jepang dan Indonesia diharapkan menjadi normal terlepas dari hasil pemenang proyek kereta cepat.
Seperti diketahui, dalam skema penunjukan pemenang proyek kereta cepat, peserta harus lolos dari tim penilai dan konsultan internasional yang independen. Tugas konsultan ialah memberikan rekomendasi dan kesimpulan terhadap proposal proyek High Speed Train (HST) yang diajukan oleh Jepang dan China.
Selanjutnya, tim penilai melakukan verifikasi kepada konsultan, dan memberikan pendapatnya dari hasil laporan konsultan. Tim penilai kereta cepat diketuai oleh Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution. Pendapat dari tim penilai akan disampaikan oleh Presiden Jokowi, untuk mendapatkan keputusan final.
(hen/hen)