Ini Skema Pendanaan Kereta Cepat Tawaran China

Ini Skema Pendanaan Kereta Cepat Tawaran China

Suhendra - detikFinance
Selasa, 01 Sep 2015 14:20 WIB
Jakarta - Proposal proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang ditawarkan investor China dan Jepang sudah masuk ke pemerintah. Pengumuman pemenang proyek puluhan triliun rupiah ini akan dilakukan besok.

Secara resmi pemerintah tak menyampaikan proposal kedua negara kepada publik, namun dihimpun dari berbagai sumber, Selasa (1/9/2015), detikFinance mencoba merangkum skema pembiayaan proyek ini.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah mengatakan, biaya pembangunan kereta cepat ini tak menggunakan uang APBN. Biaya proyek ini masing-masing yang ditawarkan China dan Jepang yaitu US$ 5,585 miliar atau sekitar Rp 78 triliun dan US$ 6,223 miliar atau sekitar Rp 87 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Begini ya, kereta cepat itu tidak memakai uang APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), dari investasi (investor)," kata Jokowi beberapa waktu lalu.

Skema pembiayaan dari China bernilai US$ 5,585 miliar, proyek didanai oleh konsorsium China dan Indonesia. Pembiayaannya mencakup modal internal (equity) dan pinjaman.

  • Pembagian saham konsorsium China 60%
  • Pembagian saham konsorsium Indonesia 40%
  • Modal mencakup 25% dari total proyek atau senilai US$ 1,396 miliar yang dibagi 2 pihak, masing-masing konsorsium China menanggung modal 40% atau US$ 559 juta, dan konsorsium Indonesia 60% senilai US$ 838 juta.
  • Pinjaman sebanyak 75% dari nilai proyek atau sebesar US$ 4,189 miliar bisa berasal dari pinjaman dalam bentuk yuan dengan bunga 3,46%/tahun, sedangkan pinjaman dalam bentuk dolar berbunga 2%/tahun.
Jadi, sejumlah BUMN konstruksi bersama perusahaan-perusahaan China membentuk konsorsium bersama, terkait studi poyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung. Dari BUMN Indonesia dipimpin oleh PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), sedangkan dari China dipimpin oleh China Railway.

Anggota konsorsium BUMN untuk kereta cepat Jakarta-Bandung antara lain Jasa Marga, PTPN VIII, INKA, dan LEN Industri. Sedangkan anggota konsorsium dari China antara lain China Railway International, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, The Tird Railway Survey and Design Institute Group Corporation (TSDI), China Academy of Railway Sciences, CSR Corporation, China Railway Signal and Commucation Corporation.


BUMN PT Wijaya Karya Tbk telah mengajukan suntikan modal Rp 3 triliun dari pemerintah melalui skema penyertaan modal negara (PMN) dalam rancangan APBN 2016, salah satunya untuk modal membangun kereta cepat.

Jadi benarkah pembangunan kereta cepat tak menggunakan APBN seperti yang disampaikan Presiden Jokowi?

(hen/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads