China-Jepang Rebutan Kereta Cepat, Ini Kata Produsen Monorel Made In Bekasi

China-Jepang Rebutan Kereta Cepat, Ini Kata Produsen Monorel Made In Bekasi

Lani Pujiastuti - detikFinance
Kamis, 03 Sep 2015 07:46 WIB
Foto: Monorel Buatan Bekasi
Jakarta -

Pihak China dan Jepang bersaing untuk mendapatkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung 160 km yang katanya tidak menggunakan dana APBN. Pengalaman menunjukkan, proyek-proyek kereta berdana besar tanpa suntikan APBN sulit terwujud.

Contoh proyek pembangunan kereta LRT (Light Rapid Train) yang menggantikan Jabodetabek. Pemerintah harus memberikan suntikan dana dari APBN kepada PT Adhi Karya Tbk untuk menjalankan proyek ini, suntikannya Rp 1,4 triliun. Dan setelah jadi, pemerintah akan membeli proyek ini dari Adhi Karya.

Belum lagi proyek monorel Jakarta yang sampai sekarang tak kunjung jalan, karena tidak disuntik oleh pemerintah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pengalaman menunjukkan, proyek monorel pemerintah yang awalnya usulan industri akhirnya tidak jalan. Penyebabnya faktor biaya. Pada intinya, tanpa didukung pemerintah, baik segi dana maupun perizinan, tidak akan jalan," kata Manajer Umum Melu Bangun Wiweka, Indra Kusnan, dihubungi detikFinance, Rabu (2/8/2015).

PT Melu Bangun Wiweka (MWB) merupakan produsen monorel yang pabriknya berlokasi di Bekasi, dan sempat ditunjuk sebagai penyedia teknologi untuk proyek monorel, namun akhirnya PT Jakarta Monorel lebih memilih pakai kereta Tiongkok.

Indra menjelaskan, pengalaman proyek yang kemudian berhasil berjalan yaitu kereta MRT (Mass Rapid Transit) karena dijamin oleh Pemerintah. "Kenapa proyek MRT di Jakarta jalan, karena memang pemerintah yang memberikan jaminan dan mengembalikan pinjaman ke Jepang," ujarnya.

Terkait rencana pembangunan kereta cepat, Indra mengaku hanya mendengar sebatas dari media. "Saya baru tahu dari media. Saya lihat, belum semua instansi atau departemen saling berhubungan mendukung dalam proyek tersebut," tambahnya.

Terkait kereta cepat, Indra mengaku belum bisa menilai apa untungnya bagi Jepang maupun China membangun kereta cepat rute Jakarta-Bandung tersebut.

"Itu yang belum saya tangkap apa untungnya. Karena proyek ini swasta murni yang mau investasi, dan pengembalian investasinya dari tiket penumpang. Ini akan berat. Kecuali ada pendapatan lain, misal dari properti, itu bisa mensubsidi tiket. Misal di stasiun boleh dibangun pusat bisnis, kantor, mal, dan lainnya. Tapi model itu, pengalaman dari PT Jakarta Monorel tidak berhasil," jelasnya.

(dnl/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads