Inovasi Dosen IPB, 'Sasumuzi' Cemilan Sukun yang Kaya Gizi

Inovasi Dosen IPB, 'Sasumuzi' Cemilan Sukun yang Kaya Gizi

Lani Pujiastuti - detikFinance
Kamis, 03 Sep 2015 14:40 WIB
Jakarta - Anak-anak membutuhkan nutrisi yang cukup selama masa pertumbuhan. Kecukupan gizi anak seringkali luput di tengah kesibukan orang tua, apalagi masuknya jajanan sembarang saat anak sekolah.

Melihat hal tersebut, seorang inovator sekaligus dosen Institut Pertanian Bogor (IPB), Ahmad Sulaeman punya ide membuat camilan penuh gizi dengan memanfaatkan bahan baku 100% lokal. Pada 2014 ia melakukan penelitian kandungan gizi buah sukun dan membuatnya menjadi produk 'Sasumuzi' atau Sogun Sukun Penuh Gizi.

"Namanya ke Jepang-jepangan biar sedikit gaya. Padahal itu singkatan. Sagon sukun penuh gizi. Alternatif pangan anak fungsional khususnya untuk memenuhi gizi anak saat bencana," kata Ahmad, ditemui detikFinance pada IPB Investment Summit, Kamis (3/9/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Amhad melihat, Indonesia rawan bencana dan seringkali yang menjadi korban mengungsi dengan waktu lama, terutama anak-anak. Dalam keadaan seperti itu, kecukupan gizi anak terabaikan karena bantuan makanan berupa makanan instan untuk orang dewasa.

"Indonesia daerah rawan bencana. Korban mengungsi termasuk anak-anak. Bantuan selama ini makanan instan-instan. Perlu makanan anak yang praktis dan bisa langsung dikonsumsi dalam keadaan bencana atau rawan gizi. Sasumuzi mengandung zat gizi utama seperti karbohidrat, protein, dan energi. Selain itu, mengandung zat gizi mikro yang dibutuhkan saat bencana seperti zat besi," jelasnya.

Sagon sendiri merupakan salah satu jenis jajanan pasar berbentuk kue yang terbuat dari tepung sagu. Biasa ditemui dalam bentuk kue berwarna putih. Ahmad memodofikasinya menjadi bentuk bubuk siap makan berbahan sukun. Sagon sukun pun kemudian Ia kembangkan dengan diberi varian rasa cokelat serta vanila.

Hasil penelitian dari kampus inovasi, Institut Pertanian Bogor ini, rupanya sudah banyak pihak mengajak kerjasama.

Ahmad beberapa kali melakukan tes kesukaan ke para pelajar sekolah dasar dan rupanya mereka suka. Sasumuzi juga mudah cara buatnya. "Anak-anak senang sekali mengkonsumsinya. Teknologinya sederhana. Bahan baku lokal terbuat dari sukun yang jumlahnya melimpah. Data BPS ada 113.000 ton per tahun produksi sukun. Itu yang tercatat, masih ada banyak yang tidak tercatat.

Produk ini dipasarkan dengan harga setara dengan jajanan anak umumnya. "Harganya cukup Rp 1.500 untuk ukuran 20 gram. Ada varian rasa cokelat, original, dan vanila. Daya tahan di atas 3 bulan. Terbuat dari campuran sukun, kacang ijo, kelapa, dan susu," tambahnya.

Sazumusi masih dalam proses paten. Meski demikian, produk inovasi ini sudah banyak peminat yang mengajak bekerja sama. "Sudah banyak yang ajak kerja sama. Seperti Kementerian Kesehatan juga sudah menemui dan tertarik. Sasumuzi bisa dipakai untuk program pemerintah memberi pangan untuk daerah rawan pangan, program perbaikan gizi nasional atau program 1.000 hari pertama kehidupan," kata Ahmad.

Sejauh ini, produk masih terus dikembangkan. Penjualan produk hasil inovasi ini dikelola oleh entitas bisnis buatan IPB yaitu PT Bogor Life Science Technology (BLST).

(rrd/rrd)

Hide Ads