Untuk memberangus sindikat ini, Susi akan menangkap dan menindak mereka sesuai dengan hukum yang berlaku. Susi menggandeng kepolisian TNI Angkatan Laut, dan kepala-kepala dinas perikanan untuk melacak sindikat asal Hong Kong ini.
"Kita sedang selidiki, kita investigasi, kita akan bergerak bersama Polisi dan TNI Angkatan Laut. Kepala-kepala dinas juga tahu hal ini," kata Susi usai Rapat Koordinasi KKP di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (10/9/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Slamet Subiakto, mengungkapkan pihaknya berencana memberikan pekerjaan baru pada nelayan-nelayan lokal yang menangkap ikan dengan bom dari sindikat tersebut. KKP akan memberikan bantuan supaya mereka bisa mengembangkan perikanan budidaya.
"Nelayan-nelayannya akan kita beri pekerjaan lain. Kita beri bantuan untuk kembangkan perikanan budidaya," tuturnya.
Slamet menyatakan akan membagikan bantuan benih ikan Napoleon, Kerapu, dan ikan-ikan lainnya kepada nelayan-nelayan lokal itu untuk dibudidayakan. Bantuan benih disiapkan oleh balai-balai perikanan budidaya.
"Kita dorong balai-balai kita di perikanan budidaya untuk melakukan rekayasa perbenihan Napoleon, Kerapu. Ikan-ikan karang harus kita produksi," paparnya.
Program tersebut bakal mulai dijalankan tahun depan. Anggaran yang dibutuhkan kurang lebih Rp 20-30 miliar.
"Kita rencanakan di 2016 akan kita alokasikan sekitar Rp 20-30 miliar untuk pengalihan kegiatan nelayan yang biasa menangkap ikan Napoleon dan Kerapu dengan bom," ujar Slamet.
Bantuan benih untuk perikanan budidaya tersebut akan diberikan pada nelayan-nelayan di kawasan yang disinggahi sindikat Hong Kong, misalnya Pulau Anambas, Raja Ampat, Kendari, Luwuk, dan sebagainya.
"Mungkin di Anambas, Raja Ampat, di daerah-daerah yang potensial untuk Napoleon. Di Kendari, Luwuk," tutupnya.
(ang/ang)