98 Waduk Kritis dan Terancam 'Mati', Ini Penyebabnya

98 Waduk Kritis dan Terancam 'Mati', Ini Penyebabnya

Dana Aditiasari - detikFinance
Senin, 05 Okt 2015 08:11 WIB
Foto: Waduk Saguling yang Sekarat
Jakarta -

Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah serius menggenjot pembangunan 49 bendungan baru hingga tahun 2019. Di sisi lain, banyak bendungan yang telah ada justru terancam 'mati' akibat laju sedimentasi yang sangat cepat.

Direktur Jenderal Sumberdaya Air Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, Mudjiadi menyebutkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendangkalan karena sedimentasi, di antaranya dipengaruhi oleh perubahan fungsi tata guna lahan di daerah hulu.

"Faktor-faktor tersebut pada umumnya terjadi secara alamiah, akan tetapi faktor perilaku manusia juga ikut berperan terkait perubahan fungsi tata guna lahan yang bisa mempengaruhi besaran faktor vegetasi penutup dan aliran permukaan," kata dia, kepada detikFinance, pekan lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Kementerian PUPR sendiri, ada sedikitnya 98 waduk yang mengalami sedimentasi, dari toal 178 waduk sesuai kriteria Permen PUPR No. 27/PRT/M/2015.

Selain yang dikelola Kementerian PUPR, ada pula bendungan yang dikelola oleh pihak lain dengan berbagai tujuan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan keperluan lainnya. Bendungan tersebut juga tak luput dari pendangkalan akibat laju sedimentasi yang begitu tinggi.

Sebenarnya, pihak pemerintah dan pengelola bendungan bukannya tinggal diam dan tak melakukan apa-apa dalam menghadapi laju sedimentasi tersebut.

"Tapi karena ada kerusakan lingkungan di hulunya, laju sedimentasi jadi lebih cepat ketimbang langkah pemeliharaan dan perwatan yang kami lakukan," ujar Kepala Subdit OP Bendungan, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Joko Mulyono, dalam kesempatan terpisah.

Ia memberi contoh, beberapa hal yang bisa mengakibatkan proses pendangkalan menjadi lebih cepat dari seharusnya.

"Pertama adalah rusaknya area hulu. Gundul tidak ada tanaman yang menahan tanah sehingga tanah terbawa aliran air menuju waduk. Waduk jadi cepat mengalami pendangkalan," sebut dia.

Kedua adalah faktor perilaku manusia yang suka membuang sampah ke daerah aliran sungai. Ketiga, keberadaan pemukiman di sepanjang aliran sungai dan pinggiran waduk.

"Mereka (perumahan) memproduksi limbah detergent yang menyebabkan eceng gondok menjadi tumbuh subur," jelas dia.

Kelima, adanya keramba-keramba ikan yang berlebihan jumlahnya sehingga membuat lingkungan permukaan waduk menjadi tidak baik. "Ini adalah faktor manusianya." pungkas dia.

(dna/dnl)

Hide Ads