Β
Demikian diungkapkan oleh Agung Setiarto, Kepala Divisi Budidaya dan Pakan Ikan Perum Perikanan Indonesia (Perindo) yang merupakan seorang doktor lulusan Tokyo University of Marine Technology.
"Nelayan di Jepang sangat makmur. Kebutuhan produksi dijamin oleh pemerintah. Nelayan punya kapal sendiri. Jepang sudah tidak ada illegal fishing,β ungkap Agung kepada detikFinance, di kantor Perum Perindo, Muara Baru, Jakarta Utara, Kamis (22/10/2015)
Agung menjelaskan, illegal fishing tidak ada di Jepang karena regulasi diterapkan dengan baik. Aturan ini ditegakkan dengan baik karena para nelayannya yang disiplin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah Jepang, kata Agung, mempunyai log book dan sistem untuk memonitoring hasil tangkapan. "Illegal fishing hampir tidak ada dengan pengaturan yang baik di sana," tambahnya.
Menurutnya, jumlah nelayan di Indonesia jauh lebih besar dibanding di Jepang. Luas perairannya pun lebih besar. Harusnya perikanan RI bisa lebih baik dari Jepang.
"Petani di Jepang juga makmur karena regulasi pemerintah itu jalan jadi harga bagus. Kalau di RI terlalu banyak broker, produsen atau nelayan jadi susah," imbuhnya.
Jepang, kata Agung, menjadi sasaran pasar ekspor ikan tuna dunia termasuk dari RI. Perum Perindo juga tengah menjajaki agar bisa menembus pasar ekspor tuna dan udang.
"Jepang merupakan salah satu pasar ikan terbesar dunia. Tuna dari seluruh dunia masuk ke sana. Udang juga masuk ke sana. Udang dari RI juga pasarnya ke sana. Harga di Jepang paling bagus," ujarnya.
"Hanya memang Jepang ini orangnya teliti dan kriterianya tinggi. Gampang komplain maunya kualitas yang paling bagus, nggak mau ada cacat sedikit pun. Mereka cek sendiri datang ke sini bagaimana kita melakukan budidaya hingga penangkapan. Dipastikan semua proses sesuai standar mereka. Kita sedang menjajaki ekspor ke sana," pungkasnya.
(ang/ang)