Dengan belanja yang progresif pada kuartal IV, tentunya akan berpengaruh terhadap cashflow atau arus kas. Menarik pembiayaan dalam waktu sempit juga akan menimbulkan risiko.
Berikut realisasi APBN-P 2015, berdasarkan data Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan per 30 September 2015 yang dikutip detikFinance, Kamis (5/11/2015)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan perpajakan Rp 800,9 triliun yang meliputi pajak dalam negeri Rp 775,3 triliun dan pajak perdagangan internasional Rp 25,7 triliun. Sedangkan penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp 188,4 triliun.
Belanja negara, total realisasi adalah Rp 1.248,9 triliun atau 62,9% dari pagu yang sebesar Rp 1.984,1 triliun. Rinciannya meliputi belanja pemerintah pusat Rp 737,7 triliun dan transfer ke daerah dana dana desa sebesar Rp 511,2 triliun.
Belanja yang lebih besar dibandingkan pendapatan membuat pemerintah terpaksa memperlebar defisit anggaran. Posisi sekarang adalah Rp 259,2 triliun atau 116,5% dari pagu yang sebesar Rp 222,5 triliun.
Dengan kondisi terburuk penerimaan yang diproyeksi sampai akhir hanya 85% dan belanja terealisasi sampai dengan 93%. Maka defisit anggaran yang tadinya diperkirakan 2,23% akan bergeser jauh ke 2,6%. Artinya pemerintah terpaksa menambah banyak utang.
(mkl/ang)