"85% kunjungannya ke Bali. Total wisatawan 1,1 juta," Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema di National Convention Centre Canberra, Australia, Sabtu (14/11/2015).
Tak bisa dipungkiri, Bali masih menjadi destinasi favorit. Hal ini didukung oleh layanan penerbangan langsung beberapa kota di Australia ke Bali hingga kondisi lingkungan yang kondusif dan nyaman untuk berwisata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat hal ini dan tren peningkatan kunjungan wisatawan Australia ke Indonesia, KBRI memprogramkan wisata di luar Bali. Hal ini sejalan dengan program Kementerian Pariwisata. Apalagi, Indonesia banyak memiliki destinasi menarik.
"Ya memperkenalkan beyond, Bali. Semua tempat yang penting di Indonesia. Kita menggelar event-event meskipun untuk iklan masih terbatas dana karena biaya tinggi," tambahnya.
Nadjib menjelaskan daya beli turis Australia relatif tinggi yakni AU$ 1.200-AU$ 1.500 per hari. Ini bisa menjadi sumber devisa tinggi bagi Indonesia.
Meski giat memperkenalkan wisata di luar Bali, KBRI mengaku ada tantangan lain. Berita negatif tentang suatu daerah seperti kejahatan hingga kerusuhan menjadi sentimen buruk bagi wisatawan asing untuk mengunjungi suatu wilayah di tanah air, di luar Bali.
"Di daerah lain ada berita buruk, yang mempengaruhi wisata. Itu hal-hal yang harus kita hindari," sebutnya.
Pada kesempatan itu, Nadjib juga menjelaskan orang Indonesia yang tinggal di Australia. Selain bekerja, KBRI mencatat 17.800 WNI belajar di Australia. Mayoritas mereka menempuh program sarjana (S1) dan master (S2).
"Mayoritas S1-S2. Paling banyak untuk mahasiswa berada di Melbourne baru Sydney. Kalau pelajar (SMA) sama vocational study, Sydney paling naik. Angka pelajar ini naik terus," sebutnya.
(feb/ang)