Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro menjelaskan, tugas tersebut tidak mudah, mengingat kondisi perekonomian global yang masih penuh ketidakpastian. Seperti kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi China yang berpengaruh terhadap pasar keuangan.
"Inilah tantangan di 2016, makanya kebutuhan pembiayaan masih sangat kritikal. Kemenkeu diharapkan menjalankan tugas yang tidak mudah ini," ujarnya dalam acara investor gathering, di Gedung Dhanapala, Jakarta, Senin (7/12/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Window untuk mencari sumber pembiayaan menjadi lebih sempit. Demikian juga lelang rutin juga lebh tajam persaingannya. Karena negara lain juga butuh pembiayaan," jelasnya.
Bambang menambahkan, kenaikan suku bunga acuan AS baru dimungkinkan terealisasi pekan depan. Diproyeksi kenaikan di tahap awal sebanyak 25 basis point dan terus naik bertahap tahun depan hingga mencapai minimal 100 basis point.
"Jadi kenaikan suku bunga itu terus gradual sampai tahun depan," imbuhnya.
Selanjutnya, ekonomi Tiongkok yang mengalami perubahan struktural yang cukup signifikan. Sampai akhirnya, ekonomi Tiongkok yang biasa tumbuh di atas 10% sulit terealisasi.
"Perlambatan Tiongkok itu permanen, karena ada perubahan struktural di dalam ekonominya. Akan sangat susah tumbuh di atas 10%. Normalnya pertumbuhan akan bergeser di level 6-7%. Dari sisi harga komoditas belum tanda-tanda rebound, harga minyak, sepertinya pada pertemuan OPEC belum ada ancang-ancang kenaikan harga minyak," paparnya.
Bambang tetap menatap optimis perekonomian global tahun depan dan berdampak terhadap domestik. Akan tetapi, ada sisi kehati-hatian yang harus tetap dijaga.
"Kondisi 2016 meskipun banyak yang lebih optimis, tapi sekali lagi kita berada di global yang tidak pasti. Jadi 2016 pasti lebih porspetif, meskipun ada harapan lebih baik, tapi harus hati-hati," tukasnya.
(mkl/rrd)