Kondisi ini membuat kalangan pengusaha pakan ikan di dalam negeri senang, dan berencana menghentikan impor tepung ikan yang selama ini jadi bahan baku pakan ikan.
"Sekarang setelah banyak pemberantasan illegal fishing, produksi ikan naik, apalagi produksi tepung ikan Thailand turun drastis," ungkap Ketua Divisi Pakan Aqua Culture Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Denny Indrajaja ditemui di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Selasa (8/12/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dengar sudah banyak yang tutup pabrik tepung ikan di sana. Dia kan bahan baku ikannya ambil dari Indonesia kebanyakan, makanya pas illegal fishing berkurang, sulit bahan bakunya mereka," terang Denny.
Ia mengungkapkan, pasar ekspor tepung ikan pasca tutupnya industri tepung Thailand, bisa direbut industri tepung ikan lokal. Hal ini bisa terjadi pemerintah bisa menggenjot produksi, serta melakukan sertifikasi pada tepung ikan lokal.
"Thailand tahun lalu dia punya pangsa pasar 8% tepung ikan dunia. Terbesar masih Peru dan Chile sebesar 25%, Indonesia meski ekspor nggak masuk hitungan, malah banyakan impornya. Ini kesempatan buat industri dalam negeri ambil yang 8% itu," ujarnya.
Denny melanjutkan, saat ini baru ada 6 produsen tepung ikan skala besar di Indonesia. Sehingga, bila ingin menggeser pasar Thailand, pemerintah bisa mendorong pengembangan produksi tepung ikan skala UKM di sejumlah daerah.
"Kalau bisa bagikan banyak alat produksi tepung ikan di UKM-UKM dengan mesin baru. Saya lihat ada beberapa UKM yang sudah bisa produksi 200-300 ton sebulan," katanya.
(hen/hen)