Pemandangan yang semula hanya berupa hamparan rumput luas bercampur tanah merah kering tertutup angin kini telah berubah menjadi hamparan penuh air sejauh mata memandang.
Secara geofrafis, Waduk Jatigede terletah di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Area genangan Waduk Jatigede meliputi 28 desa di Kecamatan Darmaraja, Wado, Jatigede dan Jatinunggal yang dihuni oleh sedikitnya 10.920 kepala keluarga.โ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikutnya, kecamatan Darmaraja yang memiliki 13 desa yaitu Desa Cipaku, Pakualam, Karangpakuan, Jatibungur, Sukamenak, Leuwihideung, Cibogo, Desa Sukaratu, Tarunajaya, Ranggon, Neglasari, Darmajaya. Di Kecamatan Cisitu, Desa Pajagan, Ciguntung, Cisitu, dan Sarimekar tergenang Bendungan Jatigede.
Setidaknya, sudah 3 desa yang paling rendah pisisinya saat ini sudah tenggelam. โBukit yang berada tepat berada di depan pintu bendungan yang semula menjulang tinggi pun saat ini tinggal tampak pucuknya saja lantaran sebagian besar kakinya sudah terendam air.
Menurut data Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung, Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, volume air saat ini sudah mencapai 139,5 juta meter kubik. Setara dengan 14,23% volume air yang ditargetkan agar waduk ini bisa beroperasi penuh yakni 980 juta meter kubik.
Memasuki musim hujan, memang kecepatan pengisian kian mengalami peningkatan. Pada hari ke 95, proses penggenangan baru sekitar 7,5% dengan volume air mencapai 73 juta meter kubik. Artinya, hanya dalam kurun waktu 14 hari, volume air sudah bertambah 62,5 juta meter kubik.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung, Trisasongko Widianto mengatakan percepatan pengisian terjadi seiring peningkatan debit air sungai Cimanuk yang merupakan sumber utama air yang mengisi Waduk terbesar kedua di Indonesia ini.
"Saat ini debit air adalah 40 meter kubik per detik," ujar dia saat mendampingi awak media memantau langsung perkembangan proses penggenangan Waduk Jatigede, Sumedang, Kamis (17/12/2015).
Debit air ini lebih tinggi dibanding dabit air saat Sungai Cimanuk terkena dampak kemarau panjang beberapa bulan belakangan. Saat kemarau, Sungai Cimanuk menemukan debit air terendahnya pada posisi 4 meter kubik perdetik saja.
Hal ini berbeda jauh saat puncak musim hujan terjadi. Sungai sepanjang 180 km ini bisa mengalirkan air hingga 1.004 meter kubik per detik. Air sebanyak itu rawan meluap sehingga mengakibatkan wilayah-wilayah di sepanjang daerah aliran sungai ini rawan mengalami banjir.
Sayang, selama ini debit air sebanyak itu selama ini habis sia-sia, meluber ataupun mengalir begitu saja ke laut lepas. Akibatnya, saat musim kemarau daerah yang semula langganan dilanda banjir justru menjadi tempat yang sekaligus langganan dilanda kekeringan.
Hal ini lah salah satu yang melatar belakangi dibangunnya Waduk Jatigede yang inisasinya sudah dimulai sejak tahun 1960-an lalu. Keberadaan waduk ini diharapkan bisa menjadi jalan keluar atas permasalahan air yang selama ini melanda kawasan tersebut.
Benar saja, dengan perkembangan saat ini, sejumlah manfaat sudah bisa dirasakan dari adanya Waduk Jatiluhur. Air yang mengalir dari waduk dengan ketinggian saat ini 225 meteri ini sudah bisa mengaliri air ke Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Parakan Kondang berkapasitas 8 megawatt.
"Selama ini, PLTA Parakan Kondang hanya mengandalkan air curah saat musim hujan. Ketika debit air minim, dia (PLTA Parakan Kondang) berhenti beroperasi. Sekarang, dengan adanya waduk ini, PLTA Parakan Kondang bisa beroperasi penuh sepanjang tahun," tambah Tri.
Bukan hanya itu, meski belum beroperasi penuh, namun air yang mengalir dari waduk sudah bisa dimanfaatkan untuk mengisi saluran irigasi yang mengalir ke lahan pertanian seluas 40 ribu ha.
Bila telah mencapai tinggi muka air yang diperlukan pada posisi 260 meter, Waduk ini bisa mengalirkan air untuk irigasi langsung bagi 90.000 hektar lahan pertanian produktif di Cirebon, Indramayu dan Majalengka.
Selain itu, air dari Waduk Jatigede juga akan dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga air berdaya 110 megawatt yang saat ini tengan dibangun PLTA-nya oleh PT PLN (Persero).
Waduk ini juga akan memasok air bersih bagi warga sekitar dengan kapasitas hingga 3.500 meter kubik per detik. Selain itu, waduk ini juga akan meredam terjadinya banjir bagi 14.000 hektare kawasan di Jawa barat.
Tak hanya itu, warga di sekitar bangunan Bendungan yang membendung air sehingga terbentuk Waduk ini pun mulai merasakan hikmahnya. Pantauan detikFinance, ada sejumlah titik dekat dengan bangunan bendungan saat ini telah berdiri jajaran warung tenda warna warni.
"Kalau weekend di sini jadi tempat wisata," ujar Ritmah seorang pedagang warung tenda yang sempat ditemui detikFinance.
Tenda-tenda tersebut menawarkan berbagai panganan, hasil bumi hingga makanan instan yang bisa dijadikan oleh-oleh atau sekedar teman bercengkrama sembari menikmati indahnya pemandangan Waduk Jatigede.
Tak hanya itu, ada pula masyarakat yang menawarkan jasa ojek payung. "Tarifnya Rp 3.000-5.000 tergantung jauhnya," tutur dia menambahkan.
Kedepan, diharapkan lebih banyak lagi manfaat yang bisa dirasakan masyarakat berkat keberadaan Waduk Jatigede tersebut.
(dna/ang)