Ada Ancaman La Nina, Impor Gula Putih Diprediksi Naik 100% di 2017

Ada Ancaman La Nina, Impor Gula Putih Diprediksi Naik 100% di 2017

Michael Agustinus - detikFinance
Rabu, 13 Jan 2016 12:58 WIB
Jakarta - Produksi gula Indonesia pada 2016 ini diperkirakan merosot menjadi 2,3 juta ton, lebih sedikit dibanding produksi 2015 yang sebesar 2,5 juta ton. Penurunan ini terutama disebabkan oleh faktor iklim.

Serangan el nino pada akhir 2015 lalu berdampak juga pada produksi gula di 2016. Agroklimat ekstrim kering membuat tanaman tebu yang ditanam pada awal 2015 mengalami stagnasi pertumbuhan akibat stres air. Sehingga produktivitas tebu per hektar menurun, dari 67,6 ton/ha pada 2015 menjadi β€Ž66 ton/ha pada 2016.

Akibat anjloknya produksi gula pada tahun ini, diprediksi akan terjadi defisit ketersediaan gula pada Februari 2017. Asosiasi Gula Indonesia (AGI) memperkirakan butuh impor gula kristal putih (GKP) setidaknya 400.000 ton, untuk memenuhi konsumsi rumah tangga pada awal 2017.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jumlah GKP impor yang dibutuhkan untuk 2017 tersebut meningkat 100%. dibanding 2016 yang sebesar 200.000 ton.

"(Produksi 2016) yang kita perkirakan 2,3 juta ton ini, sudah termasuk dampak la nina. Minimal perlu impor setidaknya 400.000 ton GKP," kata Direktur Eksekutif AGI, Tito Pranolo, dalam Sugar Outlook 2016 di Gedung Gula Negara, Jakarta, Rabu (13/1/2016).

Tito menjelaskan, gula yang tersedia di 2016 ini kira-kira mencapai 3,317 juta ton. Jumlah tersebut berasal dari stok gula di awal tahun, yang merupakan sisa hasil produksi pada 2015 sebesar 817 ribu ton, gula hasil penggilingan tebu pada 2016 sebanyak 2,3 juta ton, dan impor 200 ribu ton untuk menutup defisit pada April 2016.

Dari 3,317 juta ton GKP tersebut, sebanyak 2,82 juta ton akan habis dikonsumsi sepanjang 2016, karena kebutuhan per bulan 235 ribu ton. Maka, pada akhir 2016 akan ada sisa 517 ribu ton untuk stok awal 2017.

Dengan perhitungan konsumsi gula untuk kebutuhan rumah tangga sebesar 235 ribu per bulan, maka stok sebanyak 517 ribu ton tersebut hanya cukup sampai pertengahan Maret 2017β€Ž, sedangkan musim giling tebu baru mulai Mei, Artinya, ada defisit gula yang harus dipenuhi dari impor untuk pertengahan Maret sampai awal Mei 2017. Jumlahnya sekitar 400.000 ton.

"Ada 3,317 juta ton tersedia di 2016. Dikurangi 2,82 juta ton, maka sisa 517 ribu ton. Kalau konsumsi per bulan 235 ribu ton, maka stok akan habis di pertengahan Maret (2017). Maka harus impor kira-kira 400.000 ton," papar Tito.

Pihaknya menyarankan agar pemerintah melakukan antisipasi sejak jauh-jauh hari, tidak memutuskan impor secara mendadak di akhir tahun. Bisa saja antisipasi dilakukan beberapa bulan sebelum 2016 berakhir, dengan mengimpor gula mentah (raw sugar) untuk disimpan lalu diolah pabrik-pabrik gula lokal untuk memenuhi kebutuhan saat ada defisit.

"Di 2016 produksi turun, impornya pasti naik. Jadi tinggal mau impor GKP di akhir tahun yang nggak ada value added atau raw sugar untuk kita olah di PG (pabrik gula)," tutupnya.

(dnl/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads