Alasan Mentan Sebut Harga Beras Naik Karena Ulah Mafia

Alasan Mentan Sebut Harga Beras Naik Karena Ulah Mafia

Muhammad Idris - detikFinance
Jumat, 12 Feb 2016 19:56 WIB
Foto: Ari Saputra
Bandar Lampung - Menteri Pertanian, Amran Sulaiman menuding, naiknya harga beras, khususnya beras medium yang sempat menyentuh Rp 9.000/kg di tingkat Pasar Beras Induk Cipinang (PBIC), merupakan ulah spekulan pemasok-pemasok beras besar.

Menurutnya, tudingan pada mafia yang mempermainkan harga beras bukan tanpa alasan. Hal itu didasarkan pada temuan beras yang masuk ke sejumlah pasar induk yang dinilai sangat tidak wajar.

"Ini bukan hanya terjadi di Cipinang, tapi ini saya temukan di 7 pasar induk besar. Di Cipinang stok beras yang masuk sampai naik 136,29% di Februari tahun ini dibanding Februari tahun lalu. Yang main siapa lagi," kata Amran ditemui di Hotel The Seven, Bandar Lampung, Jumat (12/2/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia memaparkan, dari angka besaran beras yang masuk di 7 pasar induk beras besar, semuanya diidentifikasi sebagai kejadian janggal mengingat awal tahun bukan periode panen raya, namun beras yang masuk melonjak rata-rata 2 kali lipat.

Anomali itu, ujarnya, bisa dilihat dengan membandingkan per periode Februari tahun lalu di 7 pasar induk.

"Di Cipinang Februari tahun lalu beras yang masuk 29.458 ton, tahun ini naik jadi 52.383 ton. Jadi sebelumnya berasnya ke mana?" tutur Amran.

Sementara stok di Februari tahun 2015 di 6 pasar induk lainnya antara lain Pasar Johar Karawang 11.783 ton, Pasar Tanah Tinggi Tanggerang 12.667 ton, Pasar Lamongan Surabaya 13.256 ton, Pasar Caringin Bandung 16.202 ton, Pasar Dargo Semarang 14.729 ton, dan Pasar Beringharjo Yogyakarta 6.481 ton.

Di tahun 2016, rata-rata stok beras di 6 pasar induk pada Februari tahun 2016 mengalami lonjakan dua kali lipat yakni Pasar Johar Karawang 20.953 ton, Pasar Tanah Tinggi Tanggerang 22.525 ton, Pasar Lamongan Surabaya 23.572 ton, Pasar Caringin Bandung 28.811 ton, Pasar Dargo Semarang 26.192 ton, dan Pasar Beringharjo Yogyakarta 11.650 ton.

"Padahal ada paceklik, tiba-tiba stok beras melimpah. Jadi nggak masuk akal, bahwa ini ada yang menyimpan karena memprediksi beras akan naik," tutup Amran. (wdl/wdl)

Hide Ads