"Tinggal satu bendungan lagi di Karangnongko. Ini sekaligus jadi bendungan yang paling besar, kita kejar terus dan AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) selesai dan bisa groundbreaking pada awal 2017, dengan masa konstruksi 3 tahun berarti 2020 selesai semua," kata Basuki pada detikFinance ditemui di Bandara Djuanda, Sidoarjo, Sabtu (20/2/2016).
Terget tersebut, lanjutnya, dipastikan terealisasi mengingat proyek bendungan terakhir, Karangnongko, tak membutuhkan lahan besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mencontohkan, di proyek pembangunan Waduk Jatibarang di Kabupaten Semarang, untuk tampungan 2 juta mater kubik, pihaknya harus memindahkan ratusan kepala keluarga, sementara dengan memanfaatkan ruang sepanjang di aliran Bengawan Solo di Karangnongko yang memiliki daya tampungan 60 juta meter kubik, pembebasan lahan tak perlu dilakukan.
"Bendungan Wonogiri sudah selesai, Bendungan Gerak Babat sudah juga, Gerak Sembayat di Gresik Agustus 2016 selesai, tinggal yang satu ini (Karangnongko)," ujarnya.
Basuki menuturkan, masing-masing daya tampung setiap bendungan di sungai terpanjang di Jawa ini sangatlah besar, sehingga bisa meningkatkan pasokan air baku dan irigasi pertanian di sentra padi sepanjang Bengawan Solo.
"Gerak Sembayat bisa tampung 10 juta meter kubik, Gerak Babat 25 juta meter kubik, Gerak Bojonegoro 15 juta meter kubik. Dan kalau yang Karangnongko selesai, itu bisa tampung sampai 60 juta meter kubik," terangnya. (hns/hns)