Begini Cara BEI Tangkal Hacker

Begini Cara BEI Tangkal Hacker

Muhammad Idris - detikFinance
Selasa, 29 Mar 2016 15:08 WIB
Foto: Muhammad Idris
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) punya cara sendiri untuk meningkatkan keamanan data investor dan transaksi perdagangan yang saat ini telah menggunakan sistem elektronik yang terhubung dengan jaringan internet.

Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan bahwa setiap tahun BEI mengalokasikan 10% dari total anggaran otoritas pasar modal tersebut untuk meningkatkan kualitas alias upgrade teknologi informasi, termasuk di dalamnya keamanan sistem.

"Budget IT kita adalah 10% dari total budget. Jadi itu internal kita kira-kira segitu," kata dia dalam acara diskusi berjudul Cyber Security di Gedung Merdeka, Jakarta, Selasa (29/3/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan cara itu, Tito mengaku, sistem keamanan perdagangan BEI relatif aman, baik dari sisi transaksi maupun data investor yang jumlahnya saat ini mencapai lebih dari 400.000 tersebut.

"Kita banyak sekali sistem berlapis, Insya Allah (aman)," aku dia.

Namun demikian, ia mengaku, tetap masih ada celah keamanan. Celah yang menjadi ancaman keamanan sistem paling rawan menurutnya justru datang dari sisi manusia sebagai operator sistem.

Saat ini sistem bursa masih bisa dengan mudah dimasuki orang asalkan berstatus anggota bursa. Padahal menurutnya, sistem yang baik harusnya tidak mudah dimasuki sembarang orang.

"Yang masuk ke sistem bursa itu banyak, baik itu broker, wakil perdagangan efek. Itu bisa masuk langsung, itu yang sebenarnya membahayakan," jelasnya.

Celah ini, menurut Tito, bisa diminimalkan jika ada sertifikasi ahli keamanan IT. Tenaga ahli IT yang memiliki sertifikasi, menurutnya, bisa lebih dipercaya menangani masalah keamanan sistem. Sayangnya, saat ini belum diwajibkan di Indonesia.

"Yang saya takutkan attack-nya (serangannya) adalah dari manusia. Kita di bursa semua ahli nyetir tapi yang saya nggak punya adalah SIM-nya kayak apa, jadi semua bisa nyetir, tapi nggak ada itu SIM. Harus ada aturan kalau mau duduk di bidang IT punya sertifikasinya," ungkapnya.

Sehingga menurutnya, sudah waktunya disusun aturan yang mengatur masalah kepakaran dan wewenang menjaga keamanan sistem perdagangan di pasar modal dan lembaga jasa keuangan pada umumnya.

Menurutnya, orang yang yang bisa masuk ke sistem haruslah dia yang sudah memiliki sertifikat. "Contoh kalau jadi wakil perdagangan efek, you dapat sertifikasi, auditor ada sertifikasi. Tapi kalau yang di IT nggak ada. Asosiasi (Asosiasi IT) itu yang harusnya bikin," tutup Tito.

Saat ini PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan rata-rata sebanyak 300.000 transaksi dalam setiap harinya. Transaksi harian jual beli saham tersebut mencapai Rp 6-7 triliun yang dilayani 115 broker perusahaan sekuritas, semuanya dilakukan secara online trading. (dna/dna)

Hide Ads