Konstruksi jembatan yang menghabiskan anggaran sebesar Rp 772,9 miliar ini sebenarnya telah dimulai sejak Juli 2011, dan baru tersambung seluruhnya pada Maret 2016.
Kepala Satuan Kerja Jembatan Merah Putih, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Christoforus Lasmono mengungkapkan, lamanya pengerjaan proyek tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca angin timur di Maluku yang membuat pengiriman material konstruksi terhambat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Jadi masalahnya di pengiriman yang jadi kendala paling berat. Saat November sampai Januari nggak boleh berlayar kapal dari Surabaya. Begitu saat April sampai Agustus kapal dari Ambon tak boleh keluar ke Surabaya," ujar Lasmono.
Selain itu, dia menuturkan, lambatnya pembangunan jembatan yang membentang di Teluk Ambon ini dikarenakan curah hujan yang sangat tinggi sejak 2012.
![]() |
"Sejak 2012 hujan terus, jadi memang membuat proses konstruksi lambat.Dalampembetonan kan butuh cuaca yang bagus. Faktor penghambat terakhir karena kemarin sempat gempa,"kataLasmono.
![]() |
Jembatan Merah Putih terbagi menjadi 3 bagian. Pertama, jembatan pendekat Poka (Poka approach bridge) sepanjang 520 meter.
Kedua, jembatan pendekat Galala (Galala approach bridge) sepanjang 320 meter, dan ketiga, jembatan utama (main bridge) sepanjang 300 meter. Sedangkan tinggi jembatan ini mencapai 34,1 meter di atas permukaan laut. (drk/drk)