Selain pemandangan laut, dan kontur Kota Ambon di kedua sisi yang berbukit, desain konstruksi JMP yang menggunakan cable stayed menambah daya tarik jembatan ini. Tak ayal, tak butuh waktu lama jembatan dengan panjang 1.140 meter tersebut jadi ikon wisata baru Kota Ambon.
Kendati demikian, menurut Kepala Satuan Kerja Jembatan Merah Putih, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Christoforus Lasmono, jembatan tersebut tidak dilengkapi dengan fasilitas pejalan kaki. Kendaraan pun dilarang berhenti di atas jembatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lasmono menjelaskan, tidak tersedianya fasilitas pejalan kaki, dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti pencurian material jembatan, bunuh diri, hingga perilaku buang air sembarangan.
"Yah menghindari ada yang hilang, orang sakit hati (bunuh diri), dan kalau lihat pengalaman kayak di jembatan yang ada di Batam (Jembatan Barelang) di situ malah jadi pesing, ada yang buang kotoran sembarangan, malam-malam kan nggak kelihatan. Kita hindari kayak begitu," jelas Lasmono.
Sebagai informasi, Jembatan Merah Putih di Ambon terbagi menjadi 3 bagian. Pertama, jembatan pendekat Poka (Poka approach bridge) sepanjang 520 meter.
Kedua, jembatan pendekat Galala (Galala approach bridge) sepanjang 320 meter, dan ketiga, jembatan utama (main bridge) sepanjang 300 meter.
Sedangkan tinggi jembatan ini mencapai 34,1 meter di atas permukaan laut. Pembangunan jembatan ini memakan dana kurang lebih Rp 772,9 miliar yang bersumber dari APBN secara multi years. (drk/drk)