Monorel dinilai tidak sejalan dengan proyek kereta cepat Bandung-Jakarta yang akan dibangun oleh konsorsium BUMN Indonesia dan China.
"Memang dari kajian pusat lebih tepat dibangun LRT daripada monorel," ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar, Iwa Karniwa saat ditemui di Kantor Bappeda Jabar, Jalan LRE Martadinata, Bandung, Selasa (12/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akan ada pembahasan antara PT Hutama Karya (BUMN) dengan JMT sehingga monorel jadi bagian yang tidak terpisahkan," katanya.
Iwa menerangkan saat ini pemerintah pusat sedang membahas penyesuaian peraturan terkait pembangunan LRT Bandung Raya.
"Dengan perubahan ini harus ada penyesuaian. Sekarang pembahasan di ra-Perpres," jelas Iwa.
Jumlah trase atau rute untuk proyek LRT ini dipastikan Iwa akan sama proyek monorel sebelumnya.
"Trasenya sama dengan monorel. Ada delapan," sebutnya.
Delapan trase tersebut terbagi di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan Kabupaten Sumedang.
"Ada dua trase di Kota Bandung," ungkap Iwa.
Sebelumnya, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menuturkan bahwa LRT akan terkoneksi dengan kereta cepat. Dengan diubahnya monorel menjadi LRT, Aher mengharapkan pemerintah pusat mau membiayai seluruh pembiayaannya. Usulan tersebut dikemukakan supaya tarif LRT nantinya lebih terjangkau dibandingkan jika pembiayaan dari pihak ketiga.
Jika terhubung dengan kereta cepat, nantinya LRT ini akan menghubungkan wilayah di Bandung Raya dalam sebuah konsep transportasi modern. Di mana dari Tegalluar (stasiun kereta cepat) bisa ke Soreang (Kabupaten Bandung), Tanjungsari (Sumedang), Padalarang (KBB), Cimahi dan juga Bandung. (tya/feb)