"Banyak produk UMKM di Jawa Timur. Tapi untuk bisa memenuhi selera pasar internasional, harus memenuhi kriteria-kriteria sesuai kebutuhan market," kata Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setdaprov Jatim Hadi Prasetyo, Surabaya, Rabu (13/4/2016).
Produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Jawa Timur jumlahnya bisa mencapai jutaan unit. Produknya pun juga ada yang di-branding dan dikemas menarik. Namun, belum tentu penilaian itu dapat diterima pasar global. Pasalnya, kriteria produk untuk market internasional cukup selektif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Produk-produknya bagus. Cuma bagaimana bisa me-market-kan dan memenuhi selera pasar internasional," tuturnya.
"Memasuki era baru, dimana produsen di Jawa Timur harus menyesuaikan diri memenuhi permintaan pasar. Bukan pasar memenuhi permintaan produsen," tuturnya.
Selain itu, produk UMKM harus bisa diproduksi massal dan sesuai pesanan. Jika tidak bisa memenuhi pesanan, maka bisa dikenakan penalti.
"Ini juga perlu diperhatikan. Jangan sampai ada pesanan banyak tapi tidak bisa dikirim sesuai pesanan," terangnya.
Hadi Prast menerangkan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur memfasilitasi pengusaha UMKM untuk memasarkan produknya ke pasar global melalui, Jatim Mart 'trading house' di Singapura, kerjasama dengan perusahaan di bidang jasa layanan terpadu asal Singapura, SouthEastAsia Business Centre (SBC).
Produk UMKM bisa dipromosikan melalui ruang display, yang harga sewanya Rp 1.750.000 per bulan dengan ukuran per meter persegi. Harga tersebut termasuk untuk paket membiayai salesman profesional di bawah pengelolaan SBC.
"Pemerintah Provinsi Jawa Timur tidak mengeluarkan uang sama sekali. Pemprov hanya memfasilitasi, menghubungkan produsen di Jatim dengan SBC," terang mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Timur ini.
Ia mengatakan, mungkin biaya Rp 1,75 juta itu besar bagi UMKM. Tapi manfaat yang didapatnya jauh lebih besar dan lebih efisien.
"Kalau pengusaha UMKM ke Singapura berangkat sendiri ke Singapura ya ongkosnya besar. Dengan model ini (Jatim Mart trading house), maka pembiayaan marketing bisa kolektif dan menjadi ringan. Juga sudah ada yang mengurus ekspornya," katanya.
Pria kelahiran Malang ini juga meminta pengusaha UMKM atau yang kelasnya sudah besar, untuk tidak memintai bantuan biaya dari pemerintah. Tapi bagaimana caranya mengelola usahanya benar-benar profesional dan bisa mandiri.
"Revolusi mental tidak hanya pada aparat pemerintah saja, tapi pengusaha kecil maupun pengusaha besar juga harus revolusi mental," tuturnya sambil menambahkan, mengenai persoalan permodalan, bisa mengajukan kredit ke Bank UMKM atau Bank Jatim dengan bunga rendah di bawah 10%.
"Bagi UMKM yang ingin produknya masuk ke Jatim Mart, bisa menghubungi Disperindag Provinsi Jatim bidang Perdagangan luar negeri. Silahkan daftar, nanti difasilitasi," tandasnya. (roi/ang)