Direktur Pengadaan Bulog, Wahyu, membenarkan bahwa ada sejumlah bawang merah yang dalam kondisi rusak, namun kuantitasnya tak sebanyak sebagaimana yang diberitakan.
"Benar kita datangkan 1.240 ton bawang dari Bima, betul juga kita akui ada yang dalam kondisi rusak. Tapi hanya 10% dari 1.000 ton, bukan 1.240 ton, karena dari 1.000 ton yang kita datangkan, 240 langsung disalurkan ke daerah," katanya kepada detikFinance, Senin (6/6/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau angka 10-15% masih wajar kan rusak. Apalagi dari Bima ke Jakarta butuh 5 hari perjalanan. Karena saat pembelian banyak bawang yang masih basah," jelas nya.
Menurutnya, berkaca dari pengalaman tersebut, Bulog kini lebih selektif untuk pengadaan bawang merah sesuai penugasan pemerintah.
"Ke depan kita juga lebih hati-hati dan selektif saat membeli bawang dari sana. Kita akan hitung tingkat kekeringan askip (bawang tanpa daun) dengan lamanya perjalanan angkut," ungkap Wahyu.
Bikin Ventilasi yang Besar
Wahyu menambahkan, pihaknya kini lebih selektif dalam penyerapan bawang di tingkat petani.
"Agar tak terjadi kerusakan lagi, kita sangat selektif beli bawang, tak boleh terulang lagi pembelian bawang yang masih basah dan kualitas rendah. Bawang kalau dari asalnya sudah kering dan bagus, kecil kemungkinan rusak," tutur Wahyu.
Selain itu, lanjut Wahyu, pihaknya sudah lebih siap dalam proses penyimpanan bawang. Tak seperti beras, penyimpanan bawang membutuhkan ventilasi yang lebih besar, serta sistem rak.
"Kita sudah tanya ahli-ahli, mereka rekomendasikan buat rak-rak di gudang. Kemudian kita kan punya banyak gudang, tapi ventilasinya kurang, ini yang kita perbaiki," pungkasnya. (hns/hns)











































