Dari penelusuran detikFinance di Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat, pedagang mengaku perilaku penjualan daging sapi oplosan atau daging sapi yang dicampur daging babi hutan ini memang bermunculan menjelang Lebaran.
"Tiap tahun ada, cuma bapak kurang tahu pasti. Tapi yang jelas kemarin di TV ditayangin yang di TV itu. Diamanin tuh di Cilegon. Biasanya memang menjelang Lebaran, mereka musiman jualnya," kata seorang penjual daging sapi bernama Hj. Uyung kepada detikFinance di Pasar Gondangdia, Jakarta, Selasa (14/06/16).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu pernah 2003, di Ciledug. Zaman-zaman nggak ketat gini. Dulu di Tanah Abang juga ada. Tapi sekarang orangnya sudah diborgol (ditahan). Biasanya jual di pinggir jalan tuh. Di Ciledug, Ciracas, tapi itu dulu. Sekarang mah nggak tahu," tambahnya.
Seperti yang kita ketahui, harga daging sapi oplosan dengan daging celeng ini memang jauh berbeda dengan daging sapi murni di pasaran. Menurut Uyung, penjual daging sapi oplosan ini menyasar konsumen tertentu. Apalagi harga daging oplosan dijual jauh daripada harga daging sapi. Saat ini, harga daging sapi di pasar tradisional mencapai Rp 120.000-Rp 130.000/kg.
"Daging celeng emang daging oplosan. Tahunya siaran di TV. Kecil-kecil bentuknya komplit dengan sapi tapi dipotong kecil-kecil. Biasanya memang pas mau Lebaran. 10 hari menjelang itu biasanya puncak-puncaknya. Jadi kalau mau razia juga harus sama pakar daging, jadi tahu. Di Tanah Abang tuh, tahun 2003, harga di sini jual Rp 75.000/kg (daging sapi), di sana jual 18.000/kg (daging oplosan). Itu kan memang orang-orang tertentu yang jual. Orang-orang nakal, nggak peduli haram atau nggak," pungkasnya. (feb/feb)











































