Secara Teori Ekonomi RI Bisa Tumbuh Sampai 8%

Laporan dari Singapura

Secara Teori Ekonomi RI Bisa Tumbuh Sampai 8%

Muhammad Idris - detikFinance
Rabu, 03 Agu 2016 13:17 WIB
Foto: Muhammad Idris
Singapura - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2016 diprediksi akan tumbuh pada level 5-5,5%. Namun, secara teori, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebenarnya bisa mencapai 8% pada akhir tahun nanti.

Vice President Economic dan Currency Research DBS Bank, Gundi Cahyadi mengatakan, ada 3 faktor utama yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia mandek di kisaran 5%.

"Secara teorinya Indonesia lebih stabil dibanding negara lain sehingga bisa mencapai di atas 7%, bahkan 8%. Tapi untuk sampai kembali ke level 6,6% seperti dulu saja sulit. Setidaknya karena 3 alasan utama," jelas Gundi di Marina Bay Financial Center (MBFC), kantor pusat DBS Bank, Singapura, Rabu (3/7/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Faktor pertama, kata Gundi, yakni faktor penghambat jangka panjang berupa ketertinggalan infrastruktur.

"Pertama jelas secara pembangunan infrastruktur kita sangat terlambat. Sementara pengaruh infrastruktur juga butuh proses lama karena bangun infrastruktur rata-rata perlu setidaknya 5 tahun," ujarnya.

Untuk penghambat pertumbuhan ekonomi kedua, lanjut dia, yakni sektor industri manufaktur yang diharapkan jadi penggerak ekonomi pengganti sektor komoditas yang harganya anjlok, malah ikut terpuruk.

"Jangka menengahnya pertumbuhan manufaktur sangat lambat. Yang seharusnya jadi substitusi penggerak saat komoditas turun. Manufaktur kalah cepat dengan Korea, Malaysia, dan Thailand," terang Gundi.

Dia menjelaskan, tren pertumbuhan sektor industri manufaktur hanya sebesar 4% saja. Merosot dari angka pertumbuhan industri manufaktur yang pada tahun 2011-2012 rata-rata 6%.

"Sementara faktor ketiga berupa belum ada support dari sisi fiskal. Sampai Juli baru terealisasi 33% dari target setahun. Tax ratio atau rasio penerimaan pajak terhadap GDP sampai Juli baru 10,1%. Itu merupakan angka paling rendah dalam 20 tahun terakhir, kecuali 2009 yang memang sedang krisis," ungkap Gundi. (drk/drk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads