Demikian diungkapkan Jokowi di depan pengusaha yang tergabung dalam Ikatan Senior HIPMI Indonesia pada acara Dialog Nasional di Hotel Raffles, Jakarta, Jumat (26/8/2016).
"Kenapa kita komitmen adalah keterbukaan dan kompetisi, karena setelah saya pelajari semakin detail, orang kita kalau diberi kompetitor itu langsung bergerak dengan tenaga yang besar dikeluarkan. Kalau dimanjakan justru jadi lemah," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi begitu ada kompetisi, apa yang kejadian. Semua orang takut bank-bank itu akan kolaps, tapi ternyata tidak, BNI dan BRI justru mendapatkan keuntungan lebih dari swasta. Ini makanya kita dampingi dengan kompetisi," paparnya.
Contoh lainnya adalah PT Pertamina (Persero). Pada 1970-an, Jokowi mengatakan, kondisi SPBU sangat tidak terawat. Namun, saat perusahaan asing masuk, Pertamina langsung melakukan pembenahan pelayanan.
"Apa yang kejadian? SPBU terus perbaiki diri. Semuanya baru dicat. Baru ada seragam. Karena merasa ada yang menyaingi. Ini psikologis masyarakat," ujarnya.
Jokowi juga menceritakan soal PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Pelayanan yang diberikan kepada konsumen jauh berbeda dibandingkan dengan yang sekarang. Hal ini dikarenakan saingannya hanya PT Merpati.
"Begitu dibuka kompetisi, pelayanan jadi baik, counter jadi baik, pramugari pilih yang cantik dan baik. Ini kalau dikompetisikan. Kalau tidak, sudah tidak ada perbaikan, rugi terus. Ini kondisi pengusaha BUMN kita," terang Jokowi. (mkl/drk)