Direktur Utama Bulog, Djarot Kusumayakti mengungkapkan, penjualan akan dilakukan dengan mekanisme pasar biasa dengan menggelontorkannya lewat pedagang daging di pasar.
"Menggunakan beberapa model, model pertama kami ikuti mekanisme di pasar yang ada. Pedagang menengah boleh ambil di gudang kami dengan harga Rp 56.000/kg, dari harga itu Bulog itu sudah untung," jelas Djarot.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan skema seperti itu, sambung Djarot, pedagang menengah sampai pedagang eceran sudah mendapat untung yang layak dengan harga sampai di konsumen Rp 65.000/kg.
Djarot menjelaskan, pedagang menengah dengan harga khusus Rp 56.000/kg yakni distributor yang membeli daging di atas 50 ton. Sementara pedagang kecil yang memborong daging kerbau di bawah 50 ton, bisa mengakses ke gudang Bulog dengan harga Rp 60.000/kg.
"Kemudian pedagang eceran kan membeli seharga Rp 60.000/kg, dia harus menjual maksimum Rp 65.000/kg ke masyarakat," terang bekas Direktur UMKM Bank BRI ini.
Pola distribusi selanjutnya, menurut Djarot, Bulog masih tetap mengandalkan penjualan langsung lewat sejumlah operasi pasar (OP). Selain itu, pihaknya memperkirakan akan banyak pedagang yang tidak mematuhi penetapan HET Rp 65.000/kg di lapangan.
"Tapi kadangkala teman-teman (pedagang) kita ada ketidakdisiplinan. Untuk itu saya gunakan operasi pasar dengan harga Rp 65.000/kg. Sehingga kalau dia jual di atas Rp 65.000/kg, konsumen kan otomatis pindah ke Bulog," pungkasnya (hns/hns)











































