Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN, Aloysius K. Ro mengungkapkan, selain lewat privatisasi, pemerintah juga mengupayakan pemanfaatan aset MNA yang masih produktif.
Salah satunya dengan memfasilitasi kerja sama PT Merpati Maintenance Facility (MMF), dengan PT Garuda Maintenance Facility (GMF).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi saat sekarang GMF hadir untuk hidupkan potensi bisnis dari salah satu core Merpati di luar airlines. MMF ini kan sebenarnya sangat menguasai, punya market share yang besar di masa lalu di Indonesia Timur," kata Aloysius di kantor pusat MNA, Kemayoran, Jakarta, Selasa (5/9/2016).
"Apalagi kalau melihay kompetensi, fasilitas, dan kemampuan engineer dari MMF, maka harus dimanfaatkan betul. Dengan kerjasama dengan GMF, bisnis mereka akan semakin besar seiring traffic volume airlines yang bisnisnya tumbuh sangat pesat," imbuhnya.
Dia mengungkapkan, meski dimediasi oleh Kementerian BUMN, pihaknya menyerahkan urusan bisnis dan skema kerjasama pada kedua perusahaan.
"Saya serahkan ini secara B to B Garuda dengan Merpati. Yang penting kita sudak kasih win-win solution kedua belah pihak. Kalau Garuda ambil Merpati kan persoalan selesai, tapi tidak begitu. Itu juga kenapa kita kasih PMN (Penyertaan Modal Negara) buat Merpati," ujar Aloysius.
Sementara itu, untuk pemanfaatan aset MNA lainnya, yakni fasilitas pelatihan pilot atau Merpati Training Centre (MTC), pihaknya masih dalam pembicaraan apakah perlu dikerjasamakan dengan pihak lain.
"Mengenai fasilitas training pilot, ini masih dalam pembicaraan. Tanggal 30 (September) nanti kita umumkan, kita akan launch di Surabaya nanti seperti apa," jelas Aloysius.
Di tempat yang sama, Direktur Utama GMF, Juliandra Nurtjahjo mengatakan, format kerjasama masih dibahas kedua perusahaan. Yakni terkait pemanfaatan fasilitas dan keahlian yang dimiliki MMF.
"Yang jelas bukan ambil alih, tapi kerjasama operasi. Ini sejalan dengan strategi kita kembangkan bengkel pesawat untuk turbo propeller. Kalau keahlian GMF kan hanya turbo jet. Itu belum kita kuasai," ungkap Juliandra.
Dia menuturkan, pangsa pasar maintanenace pesawat turbo propeller saja hampir menyamai pasar turbo jet yang berkisar US$ 1 miliar per tahunnya.
"Padahal pasar turbo propeller hampir sama dengan turbo jet. Apalagi untuk pesawat-pesawat di Indonesia Timur. Saya kira dengan sinergi dengan Merpati bisa menambah konsumen kita, selama ini kan banyak yang ke luar negeri," terang Juliandra. (ang/ang)