PGN melipatgandakan fungsi dari sebuah truk, yang bisa sekaligus memasak, menghidupkan listrik, dan berjalan menggunakan sumber energi yang saling terintegrasi melalui gas bumi CNG. Bisnis yang dijalankan pun menjadi lebih efisien dan menghasilkan produk yang lebih menguntungkan, dengan cost yang lebih rendah.
"Jadi tenaga energinya ini kita pakai CNG, natural gas yang di-compress di tabung. Jadi energinya integrated. Jadi mulai untuk mobil jalannya, energi genset listriknya, sama kompor masaknya, itu ada di 4 tabung CNG ini. 2 buat masak, 1 mobil jalan, 1 buat listrik," ujar Corporate Relations PGN Pratiwa Dyatmika, saat ditemui di area pameran IBD Expo 2016, JCC Senayan, Jakarta, Kamis (8/9/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
|
"LPG per meter kubik harga per kg nya 15.000 atau 12.000 per meter kubik. Gas CNG harga per meter kubik hanya 8500 per meter kubik. Kalau diganti setara liter, sekarang kita jualan Rp 4500 liter setara premium (lsp). Tanpa subsidi dan barangnya asli Indonesia, tidak impor seperti LPG," ujar dia.
Produk food truck ini sendiri telah diproduksi sebanyak 2 buah oleh PGN, dan dijual dengan harga Rp 400-450 juta. Namun, PGN juga menyediakan opsi sewa untuk food truck CNG yang diproduksi oleh PGN, dengan biaya sewa Rp 17,5 juta per bulan. Yang paling baru, PGN baru saja melakukan deal penjualan food truck CNG ini dengan salah satu pemilik bisnis kafe di Jakarta.
Penggunaan bahan bakar CNG, dianggap lebih 'bersih' bila dibandingkan dengan dua bahan bakar minyak karena emisi gas buangnya yang ramah lingkungan. CNG dibuat dengan melakukan kompresi metana (CH4) yang diekstrak dari gas alam.
"Kandungannya NCG itu methana, beda dengan elpiji yang kandungannya prophen dan gothen, yang berat jenisnya lebih berat dari metana. Kalau lebih berat, berarti pas dia ada di sekitar kita, bocor di sekitar kita ada percikan api, bisa nyamber. Kalau metana dia langsung naik ke atas, tidak terkonsentrat di sekitar kita," tambahnya.
![]() |
BUMN yang bergerak dalam bidang energi ini, menyalurkan energi baik gas bumi melalui pipa kuning ke berbagai sektor, mulai dari rumah tangga hingga industri. Saat ini, PGN memiliki dan mengoperasikan 6470 km pipa gas bumi atau 76% pipa gas bumi nasional.
"Jadi kita punya sendiri, ada di dasar bumi kita sendiri, cadangannya masih ada hingga 80 tahun ke depan, dan kita nggak perlu import. Jadi nggak perlu subsidi, karena murah, dan kita punya jaringan distribusi berupa pipa," pungkasnya. (dna/dna)