Penghargaan ini diserahkan dalam sebuah perhelatan gala dinner yang diselenggarakan di Hotel Okura, Amsterdam, Kamis (27/10/2016).
Penghargaan ini merupakan yang ketiga kalinya diterima oleh Tony dari CAPA Centre for Aviation. CAPA merupakan sebuah lembaga riset dan konsultasi berpengaruh dunia. Penghargaan pertama dan kedua diterima pada tahun 2004 dan 2005.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam 12 tahun ini, beberapa hal di AirAsia telah berubah dan namun sebagian tetap seperti yang dulu.
"Di tahun 2004 dulu model low-cost masih barang baru di Asia. Saat itu kami baru saja membangun dua afiliasi di luar Malaysia, yaitu Thailand dan Indonesia. Kami hanya punya 17 pesawat dan 1.400 staf, dan orang-orang baru mulai memperhatikan kami," ujar Tony.
Sejak itu, AirAsia telah tumbuh menjadi maskapai ASEAN sesungguhnya, dengan operasi di Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, India, dan sebentar lagi di Jepang, dengan lebih dari 200 pesawat, dan 17.000 Allstars (Staf AirAsia).
![]() |
"Kami satu-satunya maskapai yang terbang ke 10 negara di ASEAN dan, dengan fasilitas Fly-Thru, kami menghubungkan hampir seluruh Asia Pasifik, dari Jepang, Korea dan China ke Australia, Selandia Baru ke India dan lebih jauh lagi, hanya dengan satu kali transit. Kami bahkan sekarang terbang hingga Mauritius. Jadi, itu hal-hal yang berubah," ujarnya.
Yang masih sama adalah komitmen terhadap kualitas dan inovasi, dan mimpi kami bahwa semua orang bisa terbang. "Penghargaan yang mengagumkan ini adalah pembuktian fakta bahwa mimpi itu masih ada, dan kami akan terus berpegang pada mimpi ini sambil mengarungi 12 tahun ke depan dan seterusnya," lanjutnya.
Menurut CAPA, Tony terpilih berhak karena dianggap berhasil mengarahkan AirAsia ke peningkatan keuntungan dan perbaikan. Tony juga dinilai berhasil membawa AirAsia melewati tahun 2015 yang merupakan 'tahun sulit' untuk dunia maskapai.
CAPA mencatat, langkah penerbitan saham baru, perluasan operasi di China, rencana peluncuran AirAsia Jepang dalam waktu dekat, dan pembentukan bisnis penyewaan pesawat yang diharapkan akan segera spin-off, telah meningkatkan modal perusahaan dan mengurangi leverage grup.
Ketua Eksekutif CAPA, Peter Harbison, mengatakan AirAsia kembali menjadi yang terdepan di pasar Asia yang menantang, dan Tony telah menunjukkan sekali lagi mengapa dia disebut sebagai salah satu CEO terdepan dalam industri aviasi.
"Operasi penerbangan jarak pendek AirAsia di Malaysia dan Thailand sekali lagi merupakan yang paling menguntungkan di Asia, sementara di Indonesia dan Filipina diharapkan mulai untung di semester II-2016. AirAsia X di sisi lain juga kembali menguntungkan setelah upaya restrukturisasi," katanya.
CAPA Aviation Awards merupakan penghargaan prestisius dalam bidang strategi di dunia aviasi.
Penerima penghargaan ini dipilih oleh panel juri independen untuk memberikan penghargaan kepada maskapai dan bandara yang dianggap tidak hanya berhasil, tapi juga memberikan contoh kepemimpinanan dalam menyesuaikan dengan lingkungan yang baru.
Pemenang penghargaan ini sebelumnya antara lain termasuk CEO Qantas Airways Alan Joyce, CEO Etihad Airways, James Hogan, serta Willie Walsh, CEO IAG yang merupakan perusahaan induk dari British Airways, Aer Lingus, Iberia, dan Vueling.
(ken/wdl)