Pengusaha: Masyarakat Malas Belanja, Penjualan Barang Mewah Impor Turun 20%

Pengusaha: Masyarakat Malas Belanja, Penjualan Barang Mewah Impor Turun 20%

Yulida Medistiara - detikFinance
Rabu, 02 Nov 2016 20:45 WIB
Foto: Yulida Medistiara
Jakarta - Bos Pacific Place, Tan Kian, mengatakan saat ini penjualan barang mewah impor sedang lesu. Bahkan, saat ini menyebabkan turunnya penjualan hingga 20% akibat permintaan yang kurang.

"Tahun 2015-2016 turun omzet ritel mewah 20%, penjualannya turun., Kalau Hermes mungkin sedikit turunnya tapi kalau yang middle turun, G-Star gitu turun, Lafayette turun," kata Tan Kian, di Pacific Place, Jakarta Selatan, Rabu (2/11/2016).

Ia menyebut hal itu karena permintaan sedang turun. Selain itu, menurutnya ada faktor karena adanya warga menahan belanja untuk membayar uang tebusan tax amnesty sehingga dia berharap usai program tax amnesty pada Agustus atau September 2017 permintaan akan meningkat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena orang Indonesia lagi malas belanja. Saya kira akan recover bulan 8 atau 9 di tahun depan, mudah-mudahan jangan terlalu lama lah, kalau mereka nggak laku kan nggak bisa bayar sewa juga," imbuh Tan.

Selain itu, faktor lainnya karena ekonomi global yang sedang melemah. Ia bahkan mencontohkan penjualan barang mewah di negara seperti Hong Kong, China, dan Singapura, sedang sama sepinya, bahkan ia mengatakan lebih bagus penjualan di Indonesia.

"Singapura sepi, Hong Kong sepi, Cina sepi. Karena global economic kurang baik, tapi kita nggak mau ikut-ikut dong harus inisiatif sendiri," imbuhnya.

Selain itu, kelesuan penjualan barang mewah juga dirasakan Swiss. Tan mengatakan ekspor jam tangan Swiss turun 36% saat ini, lebih rendah daripada Indonesia.

"Kalau lihat data statistik, itu Swiss punya jam tangan ekspornya turun 36%. Besar mana 20% sama 36%, besaran 36%, itu nyungsep semua," ujar Tan. (hns/hns)

Hide Ads