Kerjasama ini bukan barang sederhana, karena harus melewati perjalanan yang cukup panjang.
Kepada detikFinance, Minggu (13/11/2016) di Expo Center, WTC, Mumbai, Oto menceritakan lika-liku untuk bisa meraih kesepakatan. Diawali dengan pertemuan yang terjadi di Trade Expo Indonesia setahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu memang akutnya negosiasi minta ampun," ungkap Oto.
Pertemuan pertama tidak menghasilkan apa-apa. Akan tetapi komunikasi tidak putus. Oto tampak meyakini produknya sangat diminati. Dua kali ke India untuk mengikuti pameran, Oto tetap menghubungi orang tersebut untuk pertemuan selanjutnya.
![]() |
Namun memang sepertinya belum berjodoh. Baru pada pertemuan ketiga di Mumbai, kesepakatan itu terjadi. Oto menuturkan bahwa tidak ada banyak perubahan dari yang ditawarkan sebelumnya di Jakarta.
"Jadi setahun yang lalu ketemu, kemudian bertemu lagi kemarin dan negosiasi lagi baru berhasil," jelasnya.
Pesanan satu kontainer disepakati untuk dikirimkan ke India dalam waktu dekat. Produk yang akan dikirimkan adalah jenis polos, karena nantinya akan dilabeli merek dari perusahaan India tersebut.
India memang menjadi pasar baru bagi Oto. Untuk berbisnis dengan pengusaha setempat dibutuhkan instensitas komunikasi. Sebab, pengusaha India cukup selektif dalam kualitas produk, kemasan dan terutama harga.
Perbandingan yang selalu muncul adalah produk dari China. Negeri tirai bambu tersebut memang mampu menawarkan harga yang lebih murah dibandingkan negara lain.
"Selalu saja dibandingkan dengan China, karena produknya memang lebih murah," paparnya.
Oto memang tengah fokus dalam ekspor beberapa waktu terakhir. Selain India, Oto membidik ekspor ke Timur Tengah, Asia Selatan, Australia dan beberapa negara Afrika. Termasuk China, Jepang, hingga Rusia.
![]() |
Beberapa kali pameran Internasional dicoba agar bisa mendapatkan kerjasama dengan pengusaha di negara setempat. Tahun ini saja, sudah sekitar 10 negara yang dikunjungi. Namun memang hasilnya belum memuaskan. Menurutnya untuk mengetahui pasar di negara tersebut, maka harus datang untuk melihat langsung.
"Karena kita baru pertama jadi memang buta dengan pasarnya. Tapi kalau sudah ke sana kan tahu apa yang mereka mau, kita bisa lebih selektif lagi untuk ikut pameran, mana yang benar-benar potensial," tukasnya. (mkl/dna)