"Kita rancang swasembada protein, bukan daging tapi protein, karena protein bisa dari sapi, ayam, domba, kelinci, ikan, dan seterusnya," kata Amran usai acara 'Rapat Koordinasi Teknis Nasional-Sapi Indukan Wajib Bunting (Siwab)' di Sanur, Denpasar, Bali, Rabu (23/11/2016) malam.
Amran menambahkan, produksi nasional untuk ayam dan telur telah mencapai level swasembada. Namun produksi daging sapi di Indonesia masih kurang memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga program Siwab tersebut diluncurkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jenis sapi yang diharapkan adalah ongole karena kualitas dan harga jualnya yang begitu tinggi. Amran menyebutkan, sapi ongole yang baru lahir bisa dihargai sekitar Rp 10 juta per ekor, sementara sapi lokal hanya Rp 5 jutaan.
"Kalau musim ongole, baru lahir Rp 10 juta. Nah, kalau sudah besar harganya Rp 50 juta dan dikalikan 3 juta ekor sapi wajib bunting berarti Rp 150 triliun. Ini baru dari sapi saja dan kami pastikan, insya Allah, bisa!" ucap Amran.
Kemudian Amran menyinggung panen 1.000 anak sapi Bali hasil inseminasi buatan di Sentra Ternak Kabupaten Badung. Ia mengaku terkesima dengan ukuran anak sapi Bali yang cenderung lebih besar daripada proses perkawinan alami.
"Tadi panen anak sapi 1.000 ekor. Itu dikira bukan anak sapi, dikira induk sapi, karena baru lahir langsung raksasa. Nah, itu yang namanya beternak cerdas," imbuh Amran yang langsung menuju Bandara Ngurah Rai untuk persiapan kunjungan kerja Presiden Joko Widodo di Makassar, Sulawesi Selatan. (vid/hns)