Lamongan kini memiliki fasilitas penunjang pertanian kedelai berupa Rumah Kedelai. Rumah Kedelai ini adalah buah kerjasama antara Pemkab Lamongan dengan Program Sosial dari Bank Indonesia. Fasilitas rumah kedelai itu sendiri diresmikan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hendar di Desa Bakalanpule Kecamatan Tikung, Jumat sore (25/11/2016).
Kepala Grup Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Jawa Timur, Syarifudin Bassara mengungkapkan, ide dasar kerjasama pertanian kedelai dengan Pemkab Lamongan adalah untuk pengendalian laju inflasi. Dijelaskan Syarifudin, varietas kedelai yang selama ini digunakan di Lamongan adalah jenis wilis yang hasilnya hanya 1,4 ton per hektar sehingga Bank Indonesia melalui program sosialnya memperkenalkan varietas baru, yaitu Grobogan yang bisa menghasilkan 2,4 ton per hektar.
"Dari kerjasama tersebut ternyata hasilnya cukup menjanjikan, maka dilanjutkan dengan kerja sama pendirian Rumah Kedelai yang akan menghasilkan. tempe higienis, tepung limbah kedelai untuk pakan ternak dan sebagai learning center (pusat pembelajaran) dan seed center (pusat pembenihan)," jelasnya.
Sementara, Bupati Lamongan, Fadeli mengungkapkan tingkat inflasi Lamongan yang mencapai 1,96% adalah yang terendah kedua di Jawa Timur dimana menurut Fadeli salah satunya karena adanya kerjasama dengan Bank Indonesia. Dia juga berharap banyak dengan adanya Rumah Kedelai itu yang salah satu fungsinya sebagai seed center.
"Saya berharap nantinya dari Rumah Kedelai ini akan dimunculkan benih kedelai dengan produktivitas tinggi, setidaknya di atas varietas Grobogan yang bisa mencapai 3,1 ton per hektar," ujarnya.
Saat ini, Fadeli menyebutkan pemerintahannya tengah konsen di bidang pertanian dimulai dengan membuka kawasan percontohan jagung dengan sistem modern seluas 100 hektar yang ditarget bisa mencapai produktivitas 10 ton per hektar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Optimisme Fadeli itu disambut positif oleh Hendar. Menurut dia, optimisme itu perlu diangkat lebih tinggi, terlebih di tengah perkembangan dunia yang pesimis, pasca hasil pemilihan presiden di Amerika Serikat. Pesimisme itu menurut dia mengakibatkan harga aset keuangan di negara berkembang mengalami penurunan sehingga rupiah yang sebelumnya bergerak di bawah 13 ribu, kini berbalik arah.
"Tentu ini akan kami kendalikan," imbuh dia.











































