Direktur Jenderal Bina Marga, Arie Setiadi mengatakan, jalan paralel tersebut bakal tembus 100% pada tahun 2018.
"Pada 2018 kita berusaha agar fungsional semuanya dalam artian bisa kita lewati sampai ke Kalimantan Timur," kata Arie dihubungi detikFinance, Minggu (27/11/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pekerjaan yang dilakukan di ruas jalan ini, jelas dia, dimulai dari pembukaan jalur yang saat ini masih tertutup hutan.
Menurut catatannya, dari 856 jalan paralel perbatasan di Kalimantan Barat, di tahun 2016 ini tinggal tersisa 188,61 km saja yang belum tersambung dan masih tertutup hutan.
Ruas yang belum tembus tersebut adalah, Nanga Era-Batas Kaltim sepanjang 152 kilometer, Seluas-Entikong sepanjang 20.85 kilometer, Rasau-Sepulau-Sintang sepanjang 8,55 kilometer, dan Temajuk-Aruk sepanjang 6,85 kilometer.
"Pada akhir 2017, (jalan yang belum tembus) kita akan kurangi menjadi 107,31 kilometer dan sisanya pada 2018 sudah tembus semuanya," sambung dia.
![]() |
Arie menyampaikan meski jalannya sudah tembus, sebagian besar memang belum mendapat perkerasan aspal melainkan hanya berupa tanah atau agregat (material batu).
Perkerasan aspal akan diprioritaskan pada area yang sudah ada pemukiman sementara penggunaan agregat digunakan pada area yang masih butuh peningkatkan lalu lintas harian-nya (LHR).
Pada 2016, Bina Marga menargetkan kondisi jalan paralel perbatasan akan berupa aspal sepanjang 289,3 kilometer, agregat 93,66 kilometer, dan 278,2 kilometer.
![]() |
Sementara 2017, jalan dengan perkerasan aspal menjadi 306,9 kilometer, agregat 101,92 kilometer, dan Jalan Tanah 330,18 kilometer. Penambahan ruas jalan tanah pada 2017 dikarenakan dibukanya hutan menjadi bakal jalan baru.
"Kami berkoordinasi terus dengan Kementerian Kehutanan terkait pemanfaatan lahan hutan. Karena ini ada yang hutan taman nasional dan ada hutan lindung," tandas dia. (dna/dna)