PT Pelni optimistis laba tersebut tercapai karena kondisi saat ini hingga November 2016 telah mencapai Rp 185 miliar.
"Hingga November terserap sebesar Rp 185 miliar, tahun ini targetnya Rp 200 miliar kemungkinan tercapai. Tahun depan itu naik dari Rp 200 miliar," kata Direktur Komersial PT Pelni Harry Boediarto, di Sukabumi, Minggu (4/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Soal keuntungan Rp 200 miliar itu konsolidasi karena kita ada 3 perusahaan. Misal RS Pelni adalah yang terbaik di dalam pelayanan BPJS, kemudian soal ratio occupancy-nya ada di atas hampir mendekati 100%," kata Harry.
PT Pelni juga telah berkerja sama dengan BUMN lainnya seperti Sucofindo dan Pertamina. Sucofindo bertugas untuk memantau berapa BBM yang dikirim Pertamina ke kapal sekaligus menghitung berapa nilainya dan mengirimkannya lagi kepada Pelni. Hal tersebut dinilai turut berkontribusi terhadap pengurangan transaksi tunai yang dilakukan Pelni kepada Pertamina.
"Pertamina kita hampir 60% pengeluarannya untuk BBM, makanya pakai Pertamina bikin single account selama ini kita ngecer kemana-mana keuangan. Sekarang Pertamina isi dan disurvei Sucofindo kasih ke Pelni bayar dan langsung ke Pertamina langsung single account," kata Harry.
Kenaikan keuntungan yang signifikan di 2016 juga didukung karena perbaikan manajemen sistem perseroan. Keuntungan tersebut juga didapatkan dari program tol laut yang ditugaskan pemerintah.
"Kita melakukan berbagai efisiensi dalam bisnis, di samping itu juga kita ada penugasan tol laut, perintis dan kapal ternak. Meski begitu, kontribusi tol laut terhadap keuntungan Pelni belum begitu besar karena baru mulai Mei 2016 dengan 6 trayek yang kita jalani. Yang diangkut barang dan hewan," ujarnya. (drk/drk)