Jika mengacu pada kurs saat ini, jika harga sapi bakalan mengalami penurunan AUD 1/kg, maka harga sapi bisa turun dari rata-rata US$ 3,5/kg menjadi US$ 2,75.
Kendati demikian, menurut Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI), Asnawi, hal tersebut bakal sulit dilakukan. Pasalnya, perdagangan sapi antar kedua negara menyangkut banyak pihak, tidak hanya soal pembicaraan antara dua pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di luar itu, lanjut dia, Australia saat ini sedang melakukan restocking (penambahan populasi) lantaran jumlah sapinya yang merosot sejak beberapa tahun belakangan. Hal itu akan membuat pasokan sapi yang diekspor berkurang yang dampaknya harga sapi sebaliknya cenderung naik.
"Anda tahu sendiri di Australia populasi sapinya sedang turun, makanya peternakan-peternakan di sana melakukan restocking. Mungkin tidak sapi harganya turun saat demand tinggi tapi suplainya sedikit?" ujar Asnawi.
Diungkapkannya, bukan perkara gampang mengatur harga sapi bakalan di tingkat pemasok Australia. Di sisi lain, banyak negara lain di luar Indonesia yang bergantung pada impor sapi dari Australia.
"Sederhana saja, kalau mau turun AUD 1/kg, letak masalahnya sapi yang dijual harganya turun itu ada atau nggak? Tidak semudah membalikkan tangan. Peternakan-peternakan itu operasinya pinjam uang dari bank, harus bayar bunga, gaji pegawai, dan lainnya, terus masa iya tiba-tiba disuruh jual rugi," tutup Asnawi. (drk/drk)