Menanggapi hal itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P Roeslani mengatakan, daging kerbau impor belum dapat menekan harga daging sapi lokal lantaran masih tingginya permintaan masyarakat atas daging sapi lokal.
"Kalau menurut saya pertama dari konsumen kita, mereka lebih senang dengan daging sapi yang baru dipotong, jadi kebiasaan konsumen juga tetap mempengaruhi," ujar Rosan saat dihubungi detikFinance di Jakarta, Minggu (25/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Konsumen kita tetap maunya daging sapi yang segar. Jadi walaupun ada daging kerbau harga rendah, belum bisa menggantikan sapi lokal. Karena kebiasaan kita belum berubah untuk makan daging sapi," kata dia.
"Walaupun di beberapa tempat juga permintaan sapi lokal menurun, tapi kan masih banyak juga yang lebih senang sapi lokal. Kecuali kalau mereka (konsumen) sudah seluruhnya menerima daging kerbau, mungkin bisa menekan harga daging sapi lokal," sambungnya.
Oleh karena itu, menurut Rosan, untuk dapat menekan harga daging sapi lokal pemerintah harus membuat perencanaan jangka panjang dan mensosialisasikan kepada konsumen dengan adanya sapi kerbau impor.
"Memang mesti ada perencanaan yang lebih jangka panjang, kan pemerintah sudah tau kebutuhan daging sapi berapa, kecukupannya juga berapa harusnya sudah tau, jadi supaya naiknya tidak terlalu tinggi," kata dia.
"Selain itu harus mulai mensosialisasikan juga kepada konsumen untuk mencoba daging kerbau impor. Karena kebutuhan daging sapi kita memang tidak bisa dicukupi penuh, harus ada impor juga," tuturnya. (dna/dna)