Selama ini pasar tradisional di Bandung mendapat pasokan cabai rawit merah dari daerah sekitar Jawa Timur dan kawasan Lembang, Jawa Barat. Cabai asal Jawa Timur lebih kering sehingga tahan lama, sedangkan dari cengek 'domba' (sebutan cabai rawit merah) dari Lembang kandungan airnya lebih banyak yang cepat membusuk.
Sidik (18), pedagang cabai di Pasar Kiaracondong, menjual cabai asal dua provinsi tersebut dengan harga Rp 120 ribu per kg. "Kenaikan harga sudah sejak sepekan terakhir," ucap Sidik, di sela-sela aktivitas berdagang di Pasar Kiaracondong, Jalan Ibrahim Adjie, Kota Bandung, Kamis siang (5/1/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Sekarang makin susah jualan cabai rawit merah. Mahal soalnya," kata Sidik, sambil menambahkan mengurangi kuantitas penjualan cabai jenis ini yang semula lima kilogram menjadi setengahnya.
Untuk cabai rawit merah di Pasar Kosambi, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, dijual pedagang dengan harga Rp 130 ribu per kg. "Ini cengek 'domba' mulai naik harganya setelah tahun baru," ujar Aisyah (51).
Meski harga melambung, sambung Aisyah, ada saja konsumen membeli dengan mengurangi bobot kg. Dia pun menyusutkan volume harian penjualan rawit merah yang semula empat kg menjadi tiga kg.
"Kalau belinya satu kilogram, pembeli merasa kemahalan. Makanya belinya seperempat kilogram atau Rp 32 ribu," tutur Aisyah yang menyebut cengek 'domba' memiliki ketahanan selama dua hari.
Melambungnya harga cengek 'domba' membuat Darmi (52), pedagang cabai di Pasar Kosambi, geleng-geleng kepala. Dia terpaksa menyetop jualan rawit merah.
"Saya terpaksa libur jualan cengek 'domba'. Soalnya harga mahal. Pembelinya sepi," kata Darmi.
Kurangnya pasokan serta cuaca hujan disebut-sebut menjadi penyebab melambungnya harga cabai ini. "Ya barangnya kosong," ujar Darmi yang sebelumnya mampu menyiapkan rawit merah sebanyak 20 kg per hari.
Di Pasar Kiaracondong dan Kosambi harga cabai jenis lain harganya beragam. Untuk cabai keriting semula 70 ribu per kg menjadi Rp 50 ribu per kg. Sedangkan cabai tanjung naik menjadi Rp 40 ribu per kg yang semula Rp 20 ribu per kg. (bbn/wdl)