"Kita menentukan tipe pesawat udara untuk disesuaikan dengan bandar udara di Papua dengan tujuannya untuk mengatur rute hub dan spoke untuk pengumpul dan pendistribusi. Gunanya untuk menurunkan disparitas harga khususnya logistik, nanti untuk penumpang akan mengikuti," kata Kapuslitbang Perhubungan Udara, Moh Alwi, di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa (10/1/2017).
Beberapa tipe pesawat yang sedang dikaji adalah pesawat yang dapat membawa kargo yang berkapasitas besar, serta memiliki kemampuan konfigurasi, GPS, navigasi yang baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kajian ini nantinya akan segera dirampungkan kepada Menteri Perhubungan melalui Ditjen Perhubungan Udara.
"Targetnya segera mungkin, kajian ini akan kita buat, dengan kajian pengumpul dan pengumpan. Jadi untuk menyambung dari tol laut logistik 50 ton. Setelah sampai di hub tadi itulah yang didistribusikan ini, nanti kajian ini akan dihubungkan ke Menhub untuk diimplementasikan," ujar Alwi.
Saat ini telah ada 9 bandar udara dan 109 rute untuk rute perintis. Sementara itu, baru ada 2 bandara hub untuk kargo perintis di Wamena dan Timika dengan total 13 rute.
Rinciannya, di Wamena terdapat 5 rute, dan Timika 8 rute. Nantinya, rute tersebut akan dikaji apakah ada perubahan atau tidak.
"Hub ada di Sentani, Wamena, Timika dan lainnya," ujarnya.
Rencana tersebut bertujuan untuk menurunkan harga bahan pokok dan lainnya yang diangkut menggunakan pesawat. Ia mencontohkan, jangan sampai harga semen di Jawa sekitar Rp 50.000 per 1 sak, sementara di Papua mencapai 2 jutaan.
"Kita menginginkan penurunan semaksimal mungkin sampai dermaga ini yang harus kita sambung jembatan tol laut ini sampai ke daerah terpencil. Kesulitannya tidak ada, melainkan ini harus bekerja untuk pengaturan jangan sampai semen di sini Rp 50.000 di sana kabupaten Puncak bisa 2 juta," imbuhnya. (hns/hns)