PM Jepang Bawa 30 CEO Kunjungi RI 15-16 Januari 2017

PM Jepang Bawa 30 CEO Kunjungi RI 15-16 Januari 2017

Heldania Ultri Lubis - detikFinance
Kamis, 12 Jan 2017 17:02 WIB
Foto: REUTERS/Kyodo
Jakarta - Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe, akan menjadi tamu asing pertama yang diterima Presiden Joko Widodo (Jokowi) tahun ini. Ada 30 CEO perusahaan besar turut serta dalam rombongan PM Abe.

"Saya ingin memberitahukan, bahwa PM Jepang akan berkunjung ke Indonesia pada 15-16 Januari 2017 ini, itu hari Minggu dan Senin. Ini merupakan kunjungan kenegaraan, ada beberapa makna penting dari kunjungan ini. Karena ini adalah kunjungan pertama tahun 2017, tamu asing pertama yang diterima oleh Bapak Presiden," jelas Juru Bicara Kemlu RI, Arrmanatha Nasir.

Hal itu disampaikan Arrmanatha dalam press briefing di Kemlu, Jl Pejambon, Jakarta Pusat, Kamis (12/1/2017). Selain tamu asing pertama yang diterima Presiden Jokowi di tahun ini, kunjungan ini juga merupakan lawatan luar negeri pertama PM Abe.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"PM Jepang akan didampingi sekitar 30 CEO, pelaku usaha business leaders ya, yang memiliki keinginan meningkatkan kerja sama dan investasinya di Indonesia. CEO ini berlatar belakang dari berbagai bidang, di antaranya bidang perbankan, industri, properti, konstruksi, energi, manufaktur, dan transportasi," papar Arrmanatha.

Karena ada 30 CEO perusahaan besar yang dibawa PM Abe, maka isu ekonomi mendapat porsi terbesar pembahasan kedua pimpinan negara. Beberapa isu bidang ekonomi dan maritim yang akan menjadi perhatian antara lain kerja sama di bidang infrastruktur, kerja sama di bidang upaya peningkatan kolektivitas serta investasi di bidang maritim.

"Yang menarik di sini adalah investasi Jepang ke Indonesia pada Januari sampai September 2016 mencapai sekitar US$ 4.498 juta dan mengalami peningkatan. Produk pasar Indonesia di Jepang meliputi kayu lapis, produk tekstil, mesin. Tahun 2016 jumlah wisatawan Jepang ke Indonesia mencapai 474.116 orang," paparnya.

Selain ekonomi, juga akan dibahas isu politik serta isu keadaan situasi kawasan global seperti konsolidasi geopolitik, administrasi baru AS, Brexit hingga keamanan di kawasan, termasuk menghangatnya tensi di Semenanjung Korea. (nwk/wdl)

Hide Ads