"Singapura enggak punya tanah bisa ekspor. Otak saya pusing pikirin bagaimana beras, cabai, dan lainnya masuk dari Singapura. Rupanya ambilnya dari Vietnam, selundupkan masuk ke sini (Indonesia)," kata Amran saat Rapat Koordinasi Pangan di Hotel Clarion, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (13/1/2017).
"Coba bandingkan, Sulawesi Utara luasnya 1,1 juta (km persegi), Singapura hanya 779 (km persegi). Penduduk kecil, hanya (luas) sekecamatan di Jawa. Kita juh lebih besar, tapi Singapura lebih maju. Kita jalan di tempat karena negara poco-poco. Maju 2 langkah ke depan, mundur 2 langkah," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya datang ke Kabupaten Lingga, ada lahan tidur, masyarakatnya tidur, puluhan tahun merdeka mereka nggak kenal batang padi. Kami minta kirimkan alat mesin pertanian hari itu juga, tanam di perbatasan.
"Tanam padi organik kan panen tinggal lempar sudah ekspor. Di Entikog kita buka 50.000 hektar lahan, karena jalan sudah diperbaiki. Ekspor tinggal lempar ke sebelah (Malaysia). Oran bilang bagaimana mungkin kalahkan Pakistan, dia angkut beras organik 11 jam pakai kapal, kita tinggal lempar sudah ekspor.
Dirinya pun memetakan setiap wilayah perbatasan jadi sentra pangan masing-masing serta bisa memasok ke negara terdekatnya.
"Ini jadi ini mimpinya, Kepri selesaikan (ekspor ke) Singapura, Entikong selesaikan Malaysia. Kemudian Sulawesi bantu Maluku sediakan Filipina. Sulawesi Utara ekspor jagung langsung ke Filipina," tandas Amran. (idr/hns)











































