"Imlek ini bisa 1000 ekor per hari dari biasanya 600 ekor dalam sehari," ujar Thomas, saat dihubungi detikfinance, Jumat (25/1/2017).
Jumlah tersebut untuk memenuhi kebutuhan di sekitar Jakarta dan Jabodetabek. Dia menyebut ada penurunan di rumah pemotongan di Jakarta saat ini karena ada sebagian yang dipotong di Tangerang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan permintaan tersebut karena bagian daging babi ada yang digunakan untuk ibadah. Kenaikan permintaan itu menurutnya menyebabkan kenaikan harga, tetapi relatif sedikit sekitar 15-20% saja dari harga normal.
"Jelang imlek permintaan daging babi pasti meningkat, non muslim apalagi orang tionghoa mesti pakai daging babi, pas sembahyang kan mesti pakai. Cuma, harga relatif naik tidak banyak. Orang pedagang babi kan tahunya yang makan daging babi itu tidak selalu orang kaya, paling banter naik 15-20%," ujarnya.
Namun, untuk bagian daging yang bagus diperkirakan kenaikannya mencapai 30%. Ia menyebut bagian usus tidak laku, tetapi yang banyak dicari misalnya untuk kebutuhan daging babi panggang.
Kenaikan permintaan ini pun diperkirakan hanya seminggu atau paling meningkat 3 hari sebelum perayaan. Hal itu karena kebiasaan warga ingin mengkonsumsi daging segar yang baru di kirim. Biasanya babi yang masih hidup dikirim dari daerah Jawa Tengah kemudian di karantina di Jakarta sebelum dipotong.
"Kemarin saya ke Wonogiri waktu itu masih hidup harganya Rp 38.000 - Rp 40.000/kg. Kalau imlek kira-kira Rp 45.000/kg. Biasanya di bawa dari daerah babi yang beratnya antara 80-95 kg maunya yang bagus tidak banyak lemaknya. Kalau orang chinese bagian pork belly (perut babi) kira-kira itu yang biasanya untuk daging panggang atau acara-acara orang batak ada pakai daging panggang harganya sekitar Rp 60.000-75.000/kg," ujarnya. (dna/dna)