"Perlu adanya policy mix atau bauran kebijakan yang tepat antara fiskal, moneter, dan sektor riil," ujar CEO CT Corp Chairul Tanjung (CT) saat menjadi pembicara dalam Kuliah Umum Profesor Robert Fry Engle III di Airlangga Convention Center Universitas Airlangga, Senin (20/2/2017).
CT mengatakan, bauran kebijakan ini menurutnya merupakan kebijakan yang easy to say but not easy to do, mudah dibicarakan tetapi sulit diprioritaskan. Salah satu sebabnya adalah masing-masing kebijakan dikelola oleh instansi yang berbeda yang masing-masing mempunyai kepentingan sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena itu CT mengharapkan adanya panglima ekonomi yang bisa mengkoordinasikan tiga fungsi tersebut secara baik sehingga fiskal tetap konservatif dan kredibel, moneter terjaga baik, serta sektor riil berjalan dengan cepat.
"Jujur, saya katakan so far, fiskal kita terkontrol, moneter ok, tapi sektor riil belum bergerak. Ini PR kita ke depan," lanjut CT.
CT menerangkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif bagus karena pertumbuhan ekonomi lebih dari 53% atau hampir 60% ditunjang oleh konsumsi domestik. Tetapi problem utama bangsa Indonesia adalah konsumsi domestik tidak didukung oleh suplai yang memadai sehingga berakibat impor.
"This is a big problem for us. Ekonomi tumbuh, demand naik tetapi suplai-nya problem. Akibatnya impor besar, punya defisit perdagangan dan akhirnya punya defisit neraca pembayaran," kata CT.
CT mengatakan bahwa industrialisasi harus dilakukan di Indonesia untuk mendukung demand konsumsi yang besar. Tujuannya adalah agar bangsa ini tidak perlu lagi mengimpor barang-barang kebutuhan apabila demand bergerak ke atas dengan cepat.
Namun inipun masih mendapat halangan karena masih banyak yang berpikir dan menempatkan industrialisasi sebagai musuh. CT menyebut bahwa problem ini dikarenakan oleh masalah di bidang pendidikan.
"40% lebih, bahkan pernah mencapai 50%, pekerja kita adalah lulusan SD dan tidak tamat SD. Jadi bisa dibayangkan, itu yang bekerja, apalagi yang tidak bekerja," terang CT.
Untuk membangun bangsa yang besar, kata CT, yang harus dibangun terlebih dahulu memang adalah SDM nya melalui pendidikan. Makin tinggi pendidikan seseorang, pemahaman pembangunan prioritas bangsa akan lebih mudah dipahami yang selanjutnya secara bergotong-royong akan menuju kemajuan.
"Tetapi itu memerlukan proses lama melintasi generasi puluhan tahun. Membangun manusia tidak bisa seperti membalik tangan. 5 tahun selesai, tidak bisa. Prosesnya panjang dan berkesinambungan," tandas CT. (iwd/mkj)