Budi datang ke Terminal Bus Mandalika dan disambut oleh Kepala Terminal, dan berkeliling dari area depan ke belakang Terminal sambil berbincang dengan para supir bus yang menghampirinya.
![]() |
Budi menanyakan sejumlah pertanyaan, mulai dari bagaimana aktivitas lalu lintas di Terminal saat ini, pengelolaan terminal, hingga kebersihan yang menjadi layanan utama bagi para penumpang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sangat mengagumi tindakan dari Kemenhub atau pemerintah yang bisa melancarkan jarak laut dan udara. Tapi kecewanya kami, tidak ada keadilan sehingga dengan adanya kelancaran di satu pihak, membunuh yang lainnya," ujar salah seorang agen tiket bus di Terminal Mandalika.
![]() |
Ia mengaku banyak bus yang tidak beroperasi lantaran sepinya penumpang, karena harga tiket pesawat yang kian murah. Ia menuturkan, harga tiket Mataram-Surabaya harganya hanya sekitar Rp 300 ribu, sedangkan tiket bus harganya Rp 200 ribu pulang pergi. Hal ini menurutnya sulit membuat bus menarik penumpang untuk mau menggunakan salah satu jasa transportasi darat ini.
"Kalau dulu, udara itu boleh turunkan tarif, tapi tidak boleh terlalu turun sehingga membunuh angkutan darat. Makanya kita minta tarif atas-bawah udara itu dibikinlah. Dulu ke Bima biasanya bisa 2-3 bus. Sekarang setiap hari satu bus. Itu juga belum tentu full," kata agen itu.
"Yang dari Bima ke Mataram cuma 5. Yang dari sini (Mataram) ke Surabaya baru mungkin 20 dari kapasitas 40," lanjut agen itu.
![]() |
Sekitar 10 menit Budi Karya berbincang dengan para agen dan supir Bus tersebut, dan menjanjikan segera ada penyelesaian bagi persoalan yang dihadapi saat ini.
"Iya, nanti kita rapatin ya, Pak. Kita cari solusinya," tutur Budi Karya. (hns/hns)