Sedangkan ES Global sebagai kontraktor utama proyek velodrome. Kunjungan Liam Fox ini menunjukkan niat Inggris untuk meningkatkan investasi ke Indonesia, khususnya di proyek-proyek pemerintah
"Makanya tadi menarik, tiba-tiba menteri Inggris datang itu, karena ini ada jendela kesempatan karena Inggris keluar dari EU (European Union/Uni Eropa), mereka punya kekuatan finansial yang cukup kuat," ujar Direktur Utama Jakarta Propertindo (Jakpro) Satya Heragandhi, di lokasi proyek Velodrome, Jakarta, Kamis (6/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika mereka keluar dari EU punya duit banyak tapi tidak berani karena ada aturan EU, sekarang tidak perlu ikuti aturan EU makanya agresif datangi negara-negara secara langsung untuk menjadi tujuan investasi," tambahnya.
Lanjut Satya, saat ini proyek LRT Jakarta yang akan mendukung acara Asian Games pada 2018 ini memiliki panjang 5,8 km dari total seluruhnya 110 km dengan 7 koridor.
Baca juga: Ke Jakarta, Mendag Inggris Sambangi Proyek LRT dan Velodrome
Proyek LRT membutuhkan dana US$ 3 miliar-US$ 4 miliar untuk 110 km. Saat ini, pemerintah hanya mampu mendanai proyek moda transportasi masal ini hanya US$ 300 juta atau sekitar Rp 3 triliun-Rp 4 triliun.
"kalau parsial begitu bisa tapi lama, kalau ada yang ingin biayai langsung sekarang yang untung masyarakat, karena enggak butuh waktu sampai 10-12 tahun mungkin 3-5 tahun bisa langsung di bangun itu idenya," jelas Satya.
Sementara itu, Liam menjelaskan, niatan investasi langsung di Indonesia masih dalam pembahasan.
"Kami mendiskusikan hal ini siang ini. Bulan depan akan didiskusikan lagi," kata Liam.
Menurutnya, kolaborasi antaran Inggris dan Indonesia dalam proyek LRT dan velodrome ini menjadi catatan penting bagi pemerintah Inggris.
"Relasi antara Indonesia dan Inggris bukan hanya soal investasi saja, kita bisa menggunakan relasi kita untuk berbagai hal," jelasnya.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik menambahkan, pihaknya akan terus meningkatkan komitmen bisnis dengan Indonesia.
"Kami berkomitmen erat untuk melakukan bisnis dengan Indonesia. Saya melihat dengan masuknya perusahaan Inggris di LRT bisa menghemat biaya pembangunan 20 persen," tandasnya. (hns/hns)