Kapal 'Raksasa' Bersandar di Tanjung Priok, Apa Manfaatnya?

Kapal 'Raksasa' Bersandar di Tanjung Priok, Apa Manfaatnya?

Muhammad Idris - detikFinance
Minggu, 09 Apr 2017 14:45 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi terus berupaya menarik perusahaan-perusahaan kapal kontainer raksasa berlabuh di Indonesia. Saat ini, kapal kargo terbesar yang berlabuh di Tanjung Priok yakni Compagnie Maritime d'Affretement - Compagnie Generali Maritime (CMA-CGM) dengan kapasitas 8.500 TEUs.

Selama ini lantaran sedikitnya kuantitas kontainer yang diangkut untuk tujuan langsung (direct call), membuat kegiatan ekspor impor dilakukan lewat pelabuhan negara tetangga seperti Singapura.

Dengan konsep tol laut menjadikan Tanjung Priok sebagai pelabuhan hub, dirinya berharap akan lebih banyak kontainer dari pelabuhan domestik lain dikirim ke Tanjung Priok, sebelum bisa diangkut sekaligus dengan direct call lewat kapal raksasa tanpa harus mampir di negara tetangga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada dua hal bagaimana kita kumpulkan barang-barang yang ada di seluruh Indonesia. Kedua bagaimana turunkan atau efisienkan biaya-biaya yang ada, yang ketiga kita persingkat proses kerja di sini," kata Budi di Terminal JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (9/4/2017).
Kapal RaksasaKapal Raksasa Foto: Muhammad Idris

Diungkapkannya, bersedianya kapal kargo raksasa berlabuh di pelabuhan Indonesia, juga jadi indikator proses logistik sudah cukup efisien.

"Ini bersama-sama Kemenhub, Pelabuhan, Bea Cukai sedang melakukan efisiensi, ukurannya gampang apabila mereka sering datang dan tambah banyak berarti apa yang kita lakukan untuk melakukan efisiensi terjadi, tapi kalau hanya mereka datang dua kali saja tandanya tak berhasil," jelas Budi.

Baca juga: Mengintip Kapal 'Raksasa' Pertama yang Bersandar di RI

Selain Tanjung Priok, pelabuhan lain yang dikembangkan untuk transhipment dan direct call yakni Pelabuhan Kuala Tanjung dan Bitung. Dengan kontainer dari pelabuhan domestik lain yang dikumpulkan di pelabuhan hub, hal tersebut akan mendorong perusahaan pemilik kapal kargo raksasa mau singgah ke Indonesia.

Saat ini saja, kapal raksasa CMA-CGM yang dimiliki perusahaan Prancis ini akan mengangkut sebanyak 2.300 TEUs dari Priok untuk dibawa langsung ke Amerika Serikat. Dari jumlah itu, sebanyak 22% kontainer berasal dari pelabuhan domestik lain yang dibawa ke Tanjung Priok (transhipment).

"Rencana paling depan jadikan Priok sebagai hub internasional dengan menjadikan intensifikasi transhipment dan direct call yang long distance, itu yang lebih besar lagi beberapa Priok, Kuala Tanjung, dan Bitung," ujar Budi.
Kapal 'Raksasa' Bersandar di Tanjung Priok, Apa Manfaatnya?Foto: Rengga Sancaya
Sementara itu, Direktur Utama PT Pelindo II (Persero), Elvyn Masassya, mengungkapkan adanya direct call dengan kapal-kapal kargo raksasa membuat biaya logistik bisa ditekan lantaran tak perlu lagi singgah (transhipment) di negara lain.

"Untuk pengiriman ke Asia Timur saja bisa hemat Rp 1-1,2 juta per box (kontainer). Semakin banyak box, semakin besar kapalnya, itu semakin sedikit biayanya, itu hukum yang lazim. Kita sudah bicarakan kalau ini reguler ke Priok. Dan kita juga sudah bicara dengan shipping lainnya yang besar-besar agar mau ke Priok," ujarnya.

Kapal 'Raksasa' Bersandar di Tanjung Priok, Apa Manfaatnya?Foto: Rengga Sancaya
Menurut dia, agar perusahaan pelayaran pemilik kapal raksasa singgah di Indonesia, maka pihaknya perlu melipatgandakan jumlah kontainer yang diangkut langsung ke negara tujuan.

"Jadi kita juga upayakan peningkatan jumlah kargo yang bisa dibawa pergi. Jadi kota kita konsolidasi dari pelabuhan lain untuk dibawa kontainernya ke Jakarta, jadi bisa direct ke negara tujuan. Bagaimana jadikan Priok ini hub. Jadi bisa bersaingan dengan pelabuhan negara tetangga," pungkas Elvyn. (idr/mkj)

Hide Ads