Tiba di lokasi acara pada pukul 13.15 WIB, Jokowi langsung menempati bangku yang telah disediakan. Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya lalu pembacaan doa, serta mendengarkan laporan dari Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin.
Dalam sambutannya, Jokowi menceritakan perekonomian Indonesia di 2016 masih menjadi yang terbaik jika dibandingkan dengan perekonomian negara-negara lain di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi melanjutkan, dengan pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,02% jika dilihat secara mendetail kembali, maka siapa saja yang telah menikmatinya.
Sebab, kata Jokowi, kesenjangan di Indonesia masih ada meskipun telah mengalami penurunan.
"Tetapi perlu perhatian detail, 5,02% perlu dilihat detail siapa yang menikmati, lalu gini rasio kita bisa lihat posisi pada saat ini 2016 0,397 kalau dibandingkan tahun sebelumnya sudah menurun sedikit demi sedikit, kita ingin gini rasio turun lebih banyak lagi," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Bidang Ekonomi Majelis Ulama Indonesia Lukmanul Hakim melaporkan, pertumbuhan ekonomi yang tertinggi ketiga masih belum mengentaskan ketimpangan di Indonesia.
"Ketimpangan yang masih tinggi dengan gini rasio 0,397. Meskipun itu sudah rendah," ungkap Lukma.
Ketimpangan selanjutnya semakin terlihat, ketika ada lembaga riset seperti oxfam yang merilis bahwa Indonesia berada di posisi ke-6 ketimpangan harta kekayaan. Jika tidak diatasi, lanjutnya, akan menjadi gejolak baru bagi perekonomian.
Masalah-masalah seperti itu, kata Lukman, akan dibahas dalam Kongres Ekonomi Umat (KEU) 2017 yang setidaknya ada beberapa pemikiran seperti kebijakan berpihak, kemitraan usaha besar dengan UMKM yang berprinsip keadilan, optimalisasi umat seperti infak, zakat. Selanjutnya, pelatihan vokasional, dan yang terakhir modal ventura.
"Hal ini akan didalami dalam kongres ekonomi umat. Ini bisa berikan sumbangsih bagi ekonomi Indonesia," tutupnya. (ang/ang)