Mencari Pemakan Terbesar Kue Ekonomi RI

Mencari Pemakan Terbesar Kue Ekonomi RI

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 04 Mei 2017 13:46 WIB
Foto: Dikhy Sasra
Jakarta - Perekonomian Indonesia sejak pemerintahan kabinet kerja selalu berada di kisaran 5%. Sejak 2015, pertumbuhan ekonomi berada di level 5,01%, tahun 2016 menurun menjadi 4,88%, lalu tumbuh kembali menjadi 5,02% di 2016.

Perekonomian Indonesia yang dianggap tertinggi ketiga di G20 setelah India dan China. Namun, pada kenyataannya perekonomian Indonesia masih belum dinikmati secara merata. Lalu siapa yang menikmati kue ekonomi RI ?

Kehidupan Warga di Kolong JembatanKehidupan Warga di Kolong Jembatan Foto: Rengga Sancaya


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Investor Relation & Chief Ekonomist Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat mengatakan, pertumbuhan ekonomi RI saat ini masih dinikmati oleh kalangan menengah ke atas. Bila dibagi strukturnya, maka ada 20% kelompok menengah ke atas dari jumlah penduduk Indonesia.

Meskipun, kata Budi, laju konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2017 ini diproyeksikan sedikit melambat. Menurut dia, penjualan otomotif di kalangan menengah ke atas tumbuh 5,8%, sedangkan penjualan motor menurun dari angka di kuartal I-2016 yang 7%.

"Karena yang middle-low itu dampak dari kebijakan fiskal, kenaikan harga tarif listrik, kemarin seperti STNK harus dijaga, karena kita punya tantangan income disparitas," kata Budi saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Kamis (4/5/2017).



Dikatakan Budi, perekonomian RI sampai saat ini hanya konsumsi kelas menengah-atas yang masih menikmati perekonomian nasional, meskipun ada dampak dari eksternal maupun internal.

"Kalau konsumsi ini yang rumah tangga yang menengah-atas yang bagus, jadi gini yang punya daya beli itu menengah-atas, karena dia bisa meng-cover semuanya, seperti kenaikan tarif listrik dan lain-lain," tambahnya.



Secara terpisah, Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede mengatakan, masih lesunya konsumsi kalangan menengah-bawah dikarenakan adanya beberapa kebijakan fiskal yang akan diterapkan pemerintah.

"Salah satu faktornya adalah ekspektasi kenaikan inflasi karena pemangkasan subsidi listrik, sehingga masyarakat cenderung menunda belanjanya," kata Josua.



Guna mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi RI, Josua menilai pemerintah untuk segera merampungkan serta merealisasikan kebijakan pemerataan ekonomi berkeadilan, serta reforma agraria dan redistribusi aset yang mendorong ekonomi kerakyatan.

"Sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terdistribusi ke seluruh kalangan, program amnesti pajak dan reformasi perpajakan juga diharapkan akan mendorong keadilan di mana seluruh rakyat Indonesia membayar kewajibannya dan hasil pajaknya dioptimalkan pemerintah untuk mendorong belanja pemerintah yang produktif, yang berdampak positif bagi seluruh rakyat," tutup Josua.

(mkj/mkj)

Hide Ads