Ekonomi Lesu, Cuma Orang Kaya Mampu Belanja Lebih Banyak

Ekonomi Lesu, Cuma Orang Kaya Mampu Belanja Lebih Banyak

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 04 Mei 2017 10:50 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari setiap tahunnya selalu di topang oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga. Seperti pada 2016, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,01%.

Pada kuartal I-2017, konsumsi rumah tangga diproyeksikan akan sedikit melambat dikarenakan banyak masyarakat yang melakukan penundaan belanja. Hanya kalangan menengah ke atas yang mampu belanja di luar kebutuhan pokok.

Seperti Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih mengatakan, pengeluaran konsumsi rumah tangga RI akan membaik pada kuartal II-2017.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lanjut Lana, perlambatan konsumsi pada kuartal I-2017 dikarenakan konsumsi pemerintah yang melambat, serta realisasi belanja pemerintah juga melambat.

"Memang sih ada perlambatan di kuartal-I, karena kuartal II kan ada tahun ajaran baru, dan itu yang membuat lajunya terganggu. Jadi saya kira masyarakat menahan belanja itu karena memang ingin bulan puasa dan lebaran, jadi orang banyak yang menahan belanja. Karena kuartal 2 karena puasa dan itu yang menunda. Ada spending lebih banyak," kata Lana saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Kamis (4/5/2017).

Mal Sepi PengunjungMal Sepi Pengunjung Foto: rengga sancaya


Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2017 akan melambat dikarenakan ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan inflasi, khususnya yang didorong oleh administered price.

"Salah satu faktornya adalah ekspektasi kenaikan inflasi karena pemangkasan subsidi listrik sehingga masyarakat cenderung menunda belanjanya, namun belanja rumah tangga diperkirakan akan meningkat pada kuartal II seiring dengan faktor musiman bulan Ramadan dan Idul Fitri," ujar Josua.



Direktur Investor Relation & Chief Ekonomist Bahana TCW Investmen Management, Budi Hikmat mengatakan, konsumsi rumah tangga Indonesia yang masih bagus hanya ada di kalangan menengah ke atas.

"Karena dia bisa meng-cover semuanya, seperti kenaikan tarif listrik dan lain-lain," kata Budi.

Konsumsi kalangan menegah ke atas juga akan memberikan dampak terhadap kalangan menengah-bawah, yakni pada saat kalangan menengah ke atas membangun properti, yang secara langsung menggunakan tukang.



Dia melanjutkan, konsumsi melemah dikarenakan penjualan otomotif yang baru mencapai 5,8%. Jika dilihat kuartal pertama 2016 mencapai 7%.

"Karena yang middle itu dampak dari kebijakan fiskal, kenaikan harga tarif listrik, kemarin seperti STNK harus dijaga, karena kita punya tantangan income disparitas," tukas Budi. (mkj/mkj)

Hide Ads